Salah satu pembangkit listrik terbesar Eropa yang berada di Ukraina terkena serangan militer Rusia. Menurut laporan layanan darurat pada Jumat (4/3), serangan Rusia mengakibatkan kebakaran di luar pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Enerdohar, Ukraina.
- Pertempuran di Sudan Makin Sengit, Rumah Sakit Kewalahan Menampung Korban Luka
- Puluhan Orang Meninggal Setelah Junta Militer Bentrok dengan Pasukan Pertahanan Lokal
- Indonesia Bantah Klaim Setuju Pakai System Maid Online Malaysia
Baca Juga
Direktur PLTN mengatakan, sebagai respons kebakaran yang terjadi di luar perimeter pembangkit, keamanan radiasi telah ditingkatkan di lokasi tersebut.
Menteri Energi AS, Jennifer Granholm mengatakan, dirinya telah berbicara dengan menteri energi Ukraina terkait situasi di pabrik. Zaporizhzhia sendiri dilindungi oleh struktur penahan yang kuat dan reaktor ditutup dengan aman.
“Kami tidak melihat pembacaan radiasi yang meningkat di dekat fasilitas itu,” kata Granholm, seperti dikutip Al Jazeera.
Selain itu, badan pengawas atom PBB, IAEA, mengatakan peralatan penting tidak terpengaruh oleh kebakaran.
Setelah serangan tersebut, Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
“Biden bergabung dengan Zelensky dalam mendesak Rusia untuk menghentikan kegiatan militernya di daerah itu dan mengizinkan petugas pemadam kebakaran dan responden darurat untuk mengakses situs itu,” ucap Gedung Putih.
Sementara itu, Zelensky menuduh Moskow menggunakan "teror nuklir" yang bertujuan mengulangi bencana Chernobyl.
“Tidak ada negara selain Rusia yang pernah menembaki unit tenaga nuklir. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah kami. Dalam sejarah umat manusia. Negara teroris sekarang menggunakan teror nuklir,” ujarnya.
- AS Berhenti Bagi Informasi Intelijen dengan Ukraina
- Ukraina Hadapi Ancaman Penghentian Starlink dari AS
- Negosiasi Damai Rusia-Ukraina Guncang Pasar, Harga Minyak Naik Lagi