Pipa Tua dan Bocor, Pertamina Dinilai Lalai Korbankan Masyarakat dan Lingkungan

Cairan hitam seperti minyak mentah menggenangi Sungai Sedupi. Sejumlah ikan juga ditemukan mati. (ist/rmolsumsel.id)
Cairan hitam seperti minyak mentah menggenangi Sungai Sedupi. Sejumlah ikan juga ditemukan mati. (ist/rmolsumsel.id)

Rentetan kebocoran pipa pinyak milik Pertamina yang mencemari lingkungan, terlebih di kawasan Prabumulih beberapa waktu terakhir menuai sorotan. 


Salah satunya muncul dari Ketua Komisi IV DPRD Sumsel, Holda. Dia menilai kebocoran ini mengindikasikan jika terjadi masalah terhadap kondisi pipa yang sudah tua dan disinyalir tidak terawat. 

Untuk itu, Komisi IV DPRD Sumsel meminta manajemen perusahaan minyak milik negara tersebut segera melakukan audit terhadap seluruh kondisi pipa yang digunakan saat ini. 

Ketua Komisi IV DPRD Sumsel, Holda. (ist/rmolsumsel.id)

"(Harus) Segera identifikasi pipa-pipa minyak yang tidak layak. Jangan sampai kejadian kebocoran ini terulang kembali," kata Ketua Holda, saat dibincangi Kantor Berita RMOL Sumsel, Kamis (20/7). 

Produksi yang terus meningkat, menurut Holda seharusnya menjadi perhatian perusahaan plat merah itu untuk terus menjaga kualitas pipa-pipa mereka yang sudah puluhan tahun tertanam. 

"Kalau memang tidak layak lagi harus segera diganti. Sehingga pencemaran akibat kebocoran pipa tidak meluas dan semakin merusak lingkungan sekitar," ujarnya. 

Holda juga menekankan kepada perusahaan BUMN tersebut bertanggung jawab terhadap dampak kebocoran yang terjadi. "Segera dinetralisir agar kerusakan lingkungan yang terjadi tidak sampai meluas," bebernya. 

Sementara itu, Direktur Eksekutif WALHI Sumsel, Yuliusman mendorong pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bisa segera bertindak melakukan investigasi terkait rentetan kejadian kebocoran pipa minyak yang terjadi di Kota Prabumulih dalam sebulan terakhir. 

Sebab, kejadian ini telah menimbulkan kekhawatiran terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar pipa PT Pertamina. "Kementerian ESDM kami minta untuk segera melakukan investigasi terkait kebocoran ini," bebernya. 

Yuliusman menegaskan, PT Pertamina dalam hal ini diduga telah lalai lantaran telah membiarkan kondisi pipa tak layak digunakan dalam kegiatan produksi. Korosi yang diduga terjadi pada pipa tidak akan terjadi apabila ada pengecekan rutin yang dilakukan Pertamina. 

"Kami sepakat perlu dilakukan audit menyeluruh terhadap Pertamina. Mulai dari audit Sumber daya manusianya hingga teknologinya. Termasuk pipa yang saat ini digunakan untuk distribusi minyak," ungkapnya. 

Diberitakan sebelumnya, kebocoran pipa minyak Pertamina di Kota Prabumulih kembali terjadi, Rabu (19/7). Kali ini terjadi di wilayah Kelurahan Gunung Kemala Kecamatan Prabumulih Barat.

Aliran minyak dari pipa trunk Line 4 inch KM7 yang berada di wilayah Stasiun Pengumpulan (SP) Gunung Kemala Field Prabumulih tersebut mencemari aliran Sungai Sedupi. Kebocoran itu menyebabkan Sungai Sedupi dipenuhi cairan hitam.