Petani Sawit Sumsel Lebih Pilih Maksimalkan Hasil Pohon Tua

Angkutan sawit di Sumsel. (foto: M. Hatta/rmolsumsel.id)
Angkutan sawit di Sumsel. (foto: M. Hatta/rmolsumsel.id)

Realisasi program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Sumatera Selatan (Sumsel) sulit mencapai target yang ditetapkan secara nasional. Pasalnya, rentang waktu penanaman sawit hingga mencapai produksi mencapai 3-4 tahun.


“Selama rentang waktu tersebut, petani tidak mendapatkan uang. Sementara dari hasil kebun sawit yang berusia tua, petani masih hasil sekitar Rp4 juta per hektar dengan situasi harga saat ini,” ujar Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian saat dibincangi rmolsumsel.id, Selasa (6/8).

Ia mengatakan, meski target sering tidak terealisasi, namun capaian PSR di Sumsel tetap tertinggi secara nasional. Kendala lainnya, sambung Rudi yakni kebanyakan sertifikat kebun petani sudah banyak yang digadaikan ke bank. Padahal, sertifikat tersebut menjadi syarat utama untuk mendapatkan dana PSR sebesar Rp30 juta per hektar.

“Makanya, harapan kita jangan mengacu pada peremajaan saja. Tapi juga perluasan. Sebab, banyak petani yang memiliki lahan garapan yang kekurangan modal untuk penanaman sawit,” terangnya.

Program PSR sendiri menyasar tanaman sawit petani yang kurang produktif. Jumlah produksi tanaman sawit idealnya mencapai 10 ton. Sehingga, jika produksinya kurang dari itu langsung bisa mengajukan program PSR. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bakal menyalurkan dana peremajaan sebesar Rp30 juta.

Kasi Kemitraan Dinas Perkebunan Sumsel, Harri Chandra mengatakan tahun ini, target PSR atau kuota lahan sawit yang akan diremajakan di Sumsel mencapai 22 ribu hektar. Realisasinya, sambung Harri, sangat tergantung dari usulan kabupaten/kota. Sehingga jika dikali Rp30 juta per hektar, nilainya mencapai Rp.660 miliar.

“Kalau tahun lalu itu realisasinya hanya 12 ribu hektar dari target 22 ribu hektar,” sebutnya.

Menurut Harri, petani seharusnya tidak perlu takut tidak mendapatkan pendapatan jika kebun sawitnya diremajakan. Sebab, petani masih bisa mendapatkan pendapatan dari program intensifikasi dengan menanam tanaman lain.

“Seperti menanam padi, jagung atau kedelai. Selain itu, petani juga kan diajak untuk ikut melakukan replanting. Mereka bisa mendapat upah dari sana,” ucapnya.