Penulisan Naskah Drama Sejarah di Palembang Minim, Mahasiswa Unsri Gelar Workshop

Peserta workshop penulisan naskah drama sejarah. (ist/rmolsumsel.id)
Peserta workshop penulisan naskah drama sejarah. (ist/rmolsumsel.id)

Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sriwijaya (Unsri) menggelar workshop bertema "Penulisan Naskah untuk Pementasan Drama Bergenre Sejarah Berdasarkan Historiografi di Kota Palembang" sebagai upaya mengatasi minimnya penulisan naskah drama berbasis narasi sejarah di daerah ini.


Workshop yang diselenggarakan di Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri Kampus Ogan ini dihadiri oleh 32 peserta secara langsung dan 52 peserta lainnya yang mengikuti secara online. Mayoritas peserta berasal dari mahasiswa Semester II Pendidikan Sejarah Unsri.

Ketua kegiatan, Indra Alam Prawira Negara, menjelaskan bahwa workshop ini bertujuan untuk menghasilkan 8 naskah drama sejarah dengan membagi 32 peserta menjadi 8 kelompok. 

"Kita sengaja tidak terlalu banyak mengundang peserta karena ini bentuknya workshop. Yang nantinya dari 32 peserta ini dibagi 8 kelompok, sehingga dapat dihasilkan 8 naskah drama sejarah," ungkapnya.

Dalam workshop ini, narasumber utama adalah penggiat drama, dosen, dan wakil dekan I FKIP Unsri, Rita Indrawati. 

Rita menekankan pentingnya struktur dasar naskah drama, narasi yang kuat, serta revisi dan penyuntingan yang terus-menerus dalam proses penulisan. 

"Saya melihat naskah drama lebih banyak dikerjakan oleh anak-anak sastra. Padahal naskah drama juga bisa ditulis dengan baik oleh anak-anak sejarah," katanya.

Dedi Irwanto, sejarawan Sumsel, juga memberikan pandangan kritis terhadap perkembangan drama dalam sejarah Kota Palembang. Menurutnya, ada penurunan dalam pertunjukan drama saat ini dibandingkan dengan masa kolonial, disebabkan oleh kurangnya naskah fundamental yang bisa dijadikan referensi dan dampak globalisasi seni. 

Namun, Dedi melihat potensi besar dalam anak-anak sejarah untuk menggalakkan kembali pementasan drama berbasis sejarah.

Sejarawan muda, Alif P. Bahtiar, menyoroti minimnya film atau novel dengan skenario sejarah di Sumatera Selatan. Dia menekankan anak-anak sejarah memiliki potensi untuk menulis naskah drama, novel, dan skenario film dengan genre sejarah, seperti yang dilakukan oleh penulis Iksaka Banu.

Kegiatan workshop ditutup dengan pemberian tugas kepada 8 kelompok peserta untuk memproduksi naskah drama bergenre sejarah berdasarkan peristiwa masa lalu di Palembang. Naskah drama terbaik akan dipentaskan di Laboratorium Pendidikan Bahasa yang memiliki mini teater.