Peneliti Polsri Ajarkan Petani Cabai Banyuasin Pemilihan Bibit Unggul dan Pengelolaan Pasca Panen

Ketua Tim Peneliti Program Penerapan Iptek Masyarakat (PIM) Politeknik Sriwijaya (Polsri), Jovan Febriantoko bersama petani di kawasan Talang Keramat, Banyuasin. (ist/rmolsumsel.id)
Ketua Tim Peneliti Program Penerapan Iptek Masyarakat (PIM) Politeknik Sriwijaya (Polsri), Jovan Febriantoko bersama petani di kawasan Talang Keramat, Banyuasin. (ist/rmolsumsel.id)

Kelurahan Talang Keramat Kabupaten Banyuasin menjadi salah satu kawasan sentra pertanian yang berada dekat dengan Kota Palembang. Petani sayuran di kawasan ini menjadi penyuplai sayuran bagi kebutuhan masyarakat Kota Palembang. 


Salah satu kelompok tani di kelurahan Talang Keramat adalah Maju Mandiri Tani. Kelompok tani ini telah berdiri sejak tahun 2015. Usaha pertanian jenis sayur menjadi penopang perekonomian rumah tangga bagi petani dan keluarganya.

Kelompok tani ini menanam tanaman sayuran seperti bayam, kangkung, katu, timun, bawang merah dan sawi. Namun, karena nilai ekonominya yang rendah, mereka pernah beralih menanam cabai. Sayangnya, kondisi tanah yang memiliki PH rendah dan beragam faktor lainnya membuat tanaman cabai tak berkembang. 

"Mereka ini pernah membudidayakan cabai untuk meningkat penghasilan namun sering gagal panen," kata Ketua Tim Peneliti Program Penerapan Iptek Masyarakat (PIM) Politeknik Sriwijaya (Polsri), Jovan Febriantoko, S.E., Ak., M.Acc., CA., CRMPA didampingi anggota peneliti lainnya dari Unsri, Dr Ir Tri Tunggal MAgr dan Rian Rahmanda Putra SKom dari Polsri. 

Jovan mengatakan, ada sejumlah permasalahan yang dialami petani dalam mengembangkan tanaman cabai. Diantaranya, petani belum memahami teknik pembudidayaan, pengelolaan pasca panen belum pernah dilakukan karena tidak memiliki alat dan pengetahuan. Petani tidak memiliki sistem pelaporan keuangan dan pertanggungjawaban terhadap anggota kelompok dengan baik. Petani juga belum memahami teknik pemasaran yang baik untuk menghindari permainan harga tengkulak dan optimalisasi keuntungan. 

"Petani juga belum mengetahui cara mengakses modal usaha. Penjualan juga terbatas pada tengkulak yang memonopoli harga dan tidak ada promosi," bebernya. 

Terkait permasalahan itu, tim peneliti bakal melaksanakan sejumlah upaya solusi. Seperti pelatihan pemilihan bibit cabai varietas unggul tahan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), pelatihan teknik budidaya hingga panen, pelatihan pemasangan mulsa, paranet dan penanganan OPT. Kemudian melakukan pelatihan revitalisasi lahan dan pengapuran, pelatihan perakitan alat-alat pertanian, pelatihan pengolahan cabai pasca panen, pelatihan promosi, pelatihan penyusunan laporan keuangan dan pelatihan pengaksesan modal.

"Pelaksanaan PIM ini dibiayai oleh dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendik Ristek) RI," tandasnya.