Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) adalah organisasi persatuan dan kesatuan tempat berhimpun para Perusahaan Penjualan Langsung (Direct Selling/DS) dan network marketing. Termasuk perusahaan yang menjalankan penjualan dengan sistem berjenjang (Multi Level Marketing/MLM) di Indonesia.
- Telkomsel Siapkan 49 BTS Dengan Teknologi Terkini 5G di Ibu Kota Nusantara
- TPAKD Kabupaten OKU Diminta Dampingi BUMDes Akses Layanan Lembaga Keuangan
- CIMB Niaga Catatkan Pertumbuhan Positif, Laba Bersih Naik 5,1 Persen
Baca Juga
APLI mengakui terjadinya perubahan lanskap pasar setelah serangan pandemi COVID-19, namun sektor bisnis ini masih menyimpan peluang bisnis yang prospektif. Penjualan Langsung dan network marketing secara umum adalah satu-satunya industri resmi yang mempromosikan kesehatan, kesejahteraan dan pendapatan sekaligus yang menjawab tantangan dan kebutuhan masa kini.
Bicara di dalam Board Meeting APLI Ketua Umum APLI Kany V Soemantoro mengakui tantangan terbesar yang dihadapi APLI saat ini adalah, memahami perubahan perilaku konsumen. Krisis kali ini mendorong masyarakat mengubah pola hidup, pola konsumsi dan pola belanja mereka, serta hal-hal yang kini menjadi prioritas di dalam kehidupan mereka secara umum. Tantangannya adalah bagaimana anggota APLI bisa memberikan solusi terhadap kebutuhan tersebut.
“Hingga kini belum ada cetak biru sektor Penjualan Langsung (direct marketing) yang bisa menjadi referensi pasca pandemi. Para anggota APLI pun masih dihadapkan pada dilema antara mempertahankan pola yang sama dengan masa pra-pandemi, atau mencoba saluran dan strategi baru sebagai respon terhadap perubahan di lingkungan kita. Jujur saja, kami juga belum bisa memprediksi apa yang akan terjadi esok, yang jelas APLI berkomitmen menyediakan panduan yang berempati dan transparan bagi masyarakat untuk mengembalikan kekuatan ekonominya, serta menggerakan kembali roda perekonomian dan pertumbuhan yang sempat mandek terdampak krisis COVID-19 ini,” papar Kany V.
Untuk menjalankan komitmen ini, Kany mengimbau Perusahaan Penjualan Langsung kembali pada motivasi masyarakat bergabung menjadi anggota penjualan langsung, yakni 81% untuk membeli produk dengan rabat, serta 72% untuk mengembangkan kepribadian.
“Kita bisa mulai bergerak dari dua kutub ini, product purchasing dan pendidikan. Dua kutub ini, baik dari sisi produk ditambah pola pendidikan yang baik bisa menambah hasil yang baik. Pastikan produk kita memiliki efikasi yang baik, sesuai janji dan harga yang tepat, serta kita menggelar program pelatihan benar-benar bermanfaat,” tutur Kany V. Soemantoro.
Lebih jauh, Kany V. Soemantoro juga menjelaskan bahwa pendidikan sendiri sudah menjadi amanat Permendag No. 70/2019 tentang Distribusi Barang Secara Langsung, bahwa perusahaan penjualan langsung wajib melaksanakan pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para Penjual Langsung, agar bertindak dengan benar, jujur, dan bertanggung jawab.
Jika diobservasi saat ini, tidak sulit untuk menyadari bahwa banyak masyarakat Indonesia kehilangan pekerjaan mereka akibat krisis dan mereka akan mencari peluang baru. Banyak di antara mereka yang akan beralih ke pekerjaan paruh waktu, tetapi pilihan pekerjaan paruh waktu pun menjadi terbatas, karena sejumlah perusahaan seperti ojek online dan usaha startup akan memerlukan waktu pemulihan khusus, hingga ekonomi pulih.
CEO dan Chairman HDI Brandon Chia mengungkapkan sebagai industri, tidak sulit untuk melihat prospek Penjualan Langsung dan network marketing yang akan mengalami lompatan besar dalam permintaan.
“Namun, lompatan besar ini juga bisa jadi sebab kejatuhan juga. Banyak money game yang mungkin terjadi. Mungkin ada sejumlah orang yang menggunakan kesempatan untuk menipu orang. Jika APLI tidak melakukan sesuatu, industri Penjualan Langsung sekali lagi akan mendapat citra buruk di negeri ini, kecuali kita melakukan sesuatu terlebih dahulu dan hanya jika kita melakukannya bersama-sama,” tegas Brandon Chia.
Pengalaman serupa sebenarnya juga terjadi di negara lain, misalnya Singapura di era 1990-an. Ketika itu, Penjualan Langsung dianggap ilegal, asuransi dan real estat juga dipandang remeh oleh masyarakat. Saat itu, jika mengaku sebagai agen asuransi atau agen real estat, masyarakat akan memandang rendah Anda. Saat ini, ribuan orang bangga menjadi agen Asuransi dan Real Estat, sayangnya hal yang sama belum terjadi di Penjualan Langsung, hingga kini masih belum ada kebanggaan.
“Bagaimana Asuransi dan Real Estat bisa mengubah persepsi publik? Melalui pendidikan, bekerja sama dengan pemerintah dan menetapkan standar untuk anggota telah mengubah kesan buruk terhadap bisnis ini menjadi sesuatu yang sah dan berharga. Itu sebabnya saya mengajak kita semua. Indonesia, perlu menjalankan perusahaan Penjualan Langsung dengan benar. Kita adalah satu-satunya industri yang mempromosikan kesehatan, kesejahteraan dan pendapatan sekaligus. Kita bisa memberi orang harapan, tetapi berilah mereka harapan nyata, bukan mimpi bodoh. Kita dapat membantu bangsa untuk keluar dari krisis dan lebih berkembang, yaitu dengan pendidikan!” tandas Brandon Chia.[ida]
- bank bjb Dinobatkan sebagai Bank Bank dengan Kinerja Terbaik dalam Upaya Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional
- Kuartal I-2020, BTN Catatkan Kenaikan Laba Bersih 23,89 Persen
- Ekspor Nikel Indonesia Capai 123,17 Ribu Ton, Nilainya Tembus 496,96 Juta Dolar