Aksi Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharani yang memaksa seorang tunarungu untuk berbicara di depan umum, mendapat kecaman dari berbagai pihak.
- Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Mengguncang Padang dan Painan
- Dilepas Harnojoyo, ACT Kirim 2 Truk Bantuan untuk Korban Erupsi Semeru
- Jokowi-Ma'ruf Amin Resmi Buka Muktamar NU di Lampung
Baca Juga
Kecaman terhadap Risma dinilai wajar, sebab mantan Walikota Surabaya itu terlihat sama sekali tidak mempunyai empati dan tidak memahami keterbatasan seorang tunarungu.
"Tanpa empati, Risma cenderung memaksakan kehendaknya. Celakanya, hal yang dipaksakannya itu dianggapnya sesuatu yang benar. Ia cenderung mengabaikan kebenaran di pihak lain," kata pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (4/12).
"Di sinilah terlihat egoisnya seorang Risma," imbuhnya menyesalkan.
Menurut Dosen Universitas Esa Unggul ini, Risma seharusnya paham, tunarungu merasa lebih nyaman menyampaikan sesuatu dengan isyarat (lambang non verbal), bukan dengan cara bicara.
"Di sini terlihat Risma memang sosok yang sulit menerima masukan dari orang lain. Risma terkesan sudah terbiasa one man show, sehingga mengabaikan masukan dari pihak lain," demikian Jamiluddin.
- Binda Sumsel dan Pemkab Muba Jemput Bola Vaksinasi Ratusan Penyandang Disabilitas
- Kapolda Sumsel Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi Kaum Difabel