Sementara banyak petani menghadapi kesulitan mendapatkan air selama musim kemarau, situasinya berbeda di perkebunan tomat di Desa Gunung Agung, Kecamatan Semende Darat Tengah (SDT) Tengah, Muara Enim.
- Kebakaran di Desa Tanjung Raya Muara Enim, Tujuh Rumah Rata Dengan Tanah
- Minim Sumber Air BBI Aur Duri Minta Dibuatkan Sumur Bor
- Tak Kunjung Diperbaiki, Jalan di Tebat Rumung Semakin Memprihatinkan
Baca Juga
Para petani di sana mengatakan bahwa bercocok tanam tomat tidak terlalu banyak merepotkan seperti tanaman lainnya.
Menurut Evra salah seorang petani, menanam tomat sangat menjanjikan terutama karena harga tomat saat ini sedang tinggi, sekitar Rp8000, per kilogram. Hal ini sangat menguntungkan bagi para petani.
Evra menjelaskan bahwa di daerahnya, mereka tidak mengalami kendala besar, baik selama musim hujan maupun kemarau, karena bercocok tanam tomat relatif tidak rumit.
"Ketika kami menjual tomat, pembeli biasanya datang ke lokasi pertanian, sehingga mereka bisa memilih dan bahkan panen sendiri di kebun sesuai keinginan mereka, dan nanti tomatnya akan ditimbang," kata Evra pada Jumat (6/10).
Dari lahan seluas setengah hektar, Evra bisa menghasilkan sekitar 15 ton tomat, dan jika kondisinya tetap baik seperti sekarang, hasil panen bisa melebihi 15 ton.
"Karena sekarang musim kemarau, kami berusaha untuk panen dua kali seminggu selama satu minggu, berbeda dengan musim penghujan di mana kami panen sekali dalam seminggu," tambahnya.
Tanaman tomat biasanya dapat dipanen dalam waktu tiga bulan setelah ditanam. Evra berharap agar pemerintah membangun jalan usaha tani untuk memudahkan akses.
"Kami tidak mengalami kendala besar dalam dunia pertanian, tetapi kami petani sangat membutuhkan akses jalan yang memadai agar mempermudah mobilitas para petani dan pembeli," harap Evra.
- Tokoh Masyarakat Dukung Langkah Tegas DPRD Muara Enim Terkait Penutupan PT RMK
- 1.546 Peserta Lulus Seleksi Administrasi Pra Sanggah PPPK Tahap II
- Kwartir Cabang Pramuka Muara Enim Gelar Musyawarah Cabang, Bahas Program Strategis