Menelusuri Jejak Puyang Diatas di Negeri Ratu  

Makam Puyang diatas (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)
Makam Puyang diatas (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)

Zaman dahulu, pusat-pusat peradaban kuno tumbuh dan berkembang di lembah-lembah tepian sungai. Karena dulu sungai merupakan prasarana bagi masyarakat saat itu untuk dapat berhubungan atau berinteraksi dengan masyarakat lainnya. 


Selain itu, peran sungai sebagai sumber air sangat vital bagi kehidupan masyarakat.

Bagi masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel)  “Puyang Diatas” adalah seorang tokoh, seorang pemimpin , seorang pendiri  Desa Negeri Ratu, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten OKU yang dipercaya memiliki kesaktian.

Kuburannya terletak di atas tanah tinggi dimana  pada bagian bawahnya mengalir Sungai Luwa.

Jarak tempuh ke makam Puyang Diatas dari Desa Negeri Ratu sekitar 20 Km atau satu jam perjalanan lantaran medan yang harus dilalui cukup berat karena harus masuk hutan dan kebun  serta menuruni dan menaiki lereng bukit yang curam dan terjal.

Makam “Puyang Diatas”  dikelilingi batu batu sungai. Uniknya nisannya tergambar  muka manusia  dimana terlihat telinga di kiri kanannya.

Batu nisan tersebut  memiliki panjang 45 sampai 50 cm dengan lebar 15 Cm dengan diukir dengan rapi  dan detail  terbuat dari batu  sungai warna putih.

Tak jauh dari makam “Puyang Diatas” terdapat makam Panglima yang merupakan pengawal “Puyang Diatas” yang nisannya hanya di pasang batu sungai biasa warna hitam dan terletak di atas tanah yang tinggi.

Sebagian masyarakat adat tradisional di Desa Negeri Ratu dan masyarakat desa tetangga jika ingin berkebun dan bertani meminta dalam arti adat 

budaya kepada Puyang Diatas supaya hasil tani dan kebunnya banyak. 

Selain itu ada juga masyarakat juga meminta jika menggelar acara, agar  hujan dapat dikendalikan.

Nisan makam “Puyang Diatas” ini sempat viral di Media Sosial (Medsos) awal bulan lalu lantaran di posting oleh warga setempat.

Menurut Tanzili bin Emia Z Bin Burhan yang merupakan salah satu keturunan “Puyang Diatas:  Bin Samba, menjelaskan berdasarkan cerita nenek Burhan  Bin Madrohid,  Puyang Diatas memiliki nama Diatas Bin Samba.

Dia adalah  seorang petualangan namun asal pasti  datang dari mana Puyang Diatas kurang diketahui masyarakat. Pastinya Puyang Diatas melakukan perjalanan jalan darat mengikuti alur sungai  termasuk Sungai Lengkayap. Diperkirakan Puyang Diatas hidup di bawah tahun 1722.

“ Tiba  di persimpangan Air Luah karena dia (Puyang Diatas) berpetualang dan tidak ada petunjuk mau kemana  lalu menurut cerita beliau mengikis kemenyan , jadi dimana arah asap kemenyan disitulah langkah-langkah beliau turuti, tiba di persimpangan sungai juga beliau mengikis kemenyan sehingga perjalanan beliau lurus  menurut sungai Luah dan tiba beliau di Lubuk Wahhuwa dimana Lubuk Wahhuwa ini terletak di bawah  posisi kita sekarang ini, disitu beliau duduk dan tiba-tiba beliau terlihat dusun , padahal itu Lubuk Sungai mungkin di mata batinnya, disitu ada dusun ,  langsung beliau masuk menyelam ke Lubuk disitulah beliau menemukan dusun,” katanya ketika mendampingi Kantor Berita Rmolsumsel ke lokasi Puyang Diatas, Senin (3/10).

Dalam  Dusun tersebut dilihat Puyang Diatas suasananya terang, makanya Lubuk disini di namakan Lubuk Wahhuwa , Wahhuwa artinya terang.

“ Saat beliau mau keluar dusun ini terdengar kokokan suara Brugo atau ayam hutan putih, karena firasat batin tadi, keluarlah beliau dari dusun yang dimasuki tadi, maka keluar sumpah beliau anak belai dia tidak selamat jika makan daging Brugo atau ayam hutan putih,” ujarnya.

Akhirnya beliau tinggal di Lubuk Wahhuwa yang menjadi cikal bakal awal Desa Negeri Ratu lalu beliau menanam padi disini.

“Batas  waktu beliau di sini kita kurang pas berapa lama beliau disini sehingga  dusun disini sempat pindah mungkin  mungkin pengaruh saat serang menyerang dengan Suku Abung (Suku di Lampung), karena dulu warga disini bermusuhan dengan Suku Abung, karena banyak orang  Suku Abung nyasar sampai di dusun sini sampai akhirnya Suku Abung dapat terkalahkan , lalu dusun disini pindah kedua ke Lubuk Bunto ,” katanya.

Di Lubuk Bunto tambahnya sudah ada anak Puyang  Diatas yang tinggal  dan memimpin daerah tersebut  lalu  terjadi kepindahan  dusun ketiga itulah sekarang di Desa Negeri Ratu sekarang ini.

“ Beliau (Puyang Diatas ) sampai disini menanam padi lalu disusul adiknya satu namanya Batin Dalom  makamnya ada dibawah tadi dan adiknya kedua Kejuruan  yang makamnya ada di bawah, nah kawan setia  Puyang  Diatas ada juga namanya Panglima , kalau sekarang namanya pengawal , makamnya  tak jauh dari makam Puyang Diatas , “ katanya.

Siapa nama asli Panglima dari Puyang Diatas ?Tanzili enggan menyebutkan dengan alasan kurang pas.

“ Pokoknya pengawal beliau  (Puyang Diatas),” katanya.

Mengenai nisan Puyang Diatas menurutnya berdasarkan cerita neneknya bernama Burhan memang  terbuat dari batu sungai lalu dipahat dan diukir sedemikian rupa .

“Tapi setelah beliau (Puyang Diatas) meninggal , dan saat nisannya terpasang,  ada salah satu warga desa Negeri Ratu  inilah sudah lama saat dikepindahan dusun kedua di Lubuk Bunto, ada orang iseng-iseng apa benci atau bagaimana  di kapak dengan parang batu nisan Puyang Diatas ini sehingga meninggalkan bekas di kampak sebanyak dua buah,” katanya.

Mengenai bentuk nisan yang terlihat muka manusia yang menggunakan 

seperti penutup  kepala dan di bawah wajah ada ornamen tertentu menurutnya sudah ada sejak dulu.

“ Diatas kepalanya  ini ada kopiah, atau tutup kepala , sedang dibawah mukanya apakah hiasan atau tulisan aksara, apakah ukiran, kami  tidak tahu,   yang jelas bagian leher beliau ini sebatas inilah,” katanya.

Hingga kini tambah Tanzili, pemerintah daerah belum pernah memperhatikan makam kuno ini namun pribadi pegawai pemerintah daerah sudah ada yang datang ke makam ini.

“Seperti pegawai pemda datang, apakah kepentingan nya mau nyalon atau kepentingan pribadi minta ke makam ini dan banyak yang datang ke makam ini untuk meminta sesuatu kepentingan karena menurut mereka beliau ini orang tahu, soal dikabulkan atau tidak, tidak tahu kita, karena tidak ada timbal balik apakah dia berhasil atau tidak, kita tidak tahu,” katanya.

Sedangkan Tokoh Pemuda Lengkiti , Sapriadi Syamsuddin menjelaskan, di Desa Negeri Ratu ini memang salah satu desa tertua di Kecamatan Lengkiti Kabupaten OKU.

“ Kalau Lengkiti ini sejarahnya  dahulu terdiri dari dua marga yaitu Marga Lengkayap  dan Marga Kiti dengan memiliki dua pasirah dimana Keresidenannya Martapura, Kecamatannya Simpang Martapura. Tahun 2000 terbentuklah kecamatan Lengkiti  penggabungan dua marga marga Lengkayap dan Marga Kiti , jadi ada dua sungai besar yaitu Sungai Lengkayap dan  Sungai Kiti tapi di bawah makam ini ada Sungai Luwa, artinya masyarakat Lengkiti itu  jauh  sebelum adanya peradaban Indonesia moderen  sudah ada masyarakat Lengkiti sebagai  penghuni di negara ini,” katanya.

Hal ini menurutnya membuktikan peradaban masyarakat Lengkiti itu jauh  sudah ada sebelum keberadaan peradaban modern saat ini.

“ Tidak hanya diwakili oleh  Puyang Diatas tapi di desa-desa lain  ada namanya  Puyang-Puyang ini, harapan ada perhatian pemerintah , karena sebelum terbentuk kabupaten OKU ini, Lengkiti sudah ada, artinya peradaban masyarakat Lengkiti itu jauh dari zaman purbakala memang sudah ada,” katanya.

Pihaknya berharap kepada pemerintah baik kabupaten, provinsi dan arkeolog dan para pihak berkaitan dengan cagar budaya memperhatikan makam Puyang Diatas ini.

Apalagi menurut pria yang berprofesi sebagai pengacara ini, melihat  selama ini mengenal Kedatuan Sriwijaya, Kesultanan Palembang Darussalam tidak akan besar tanpa ditopang  oleh uluan Palembang.

“Uluan Palembang itu salah satunya Lengkiti, jadi besarnya Kedatuan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam di zaman itu ditopang daerah-daerah seperti Lengkiti, kami juga berharap ada kesinambungan dari pemerintah untuk memperhatikan bahwa Lengkiti itu bukan hanya catatan peta  wilayah , tapi lokasi ini bisa menjadi akses wisata religi bagi masyarakat luar yang ingin mengenal Lengkiti, ya... difasilitasi apakah di buat jalan atau di promosikan oleh Dinas Pariwisata karena di Lengkiti itu  kaya dengan sumber daya alam, kaya dengan budaya , kaya dengan adat istiadat dan memiliki karakter sendiri,” katanya.

Sedangkan Kepala Desa Negeri Ratu , Zainal Ali berharap agar pemerintah memperhatikan makam Puyang Diatas tersebut sehingga bisa dijadikan objek wisata religi dengan memperbaiki akses menuju lokasi .

“Kami berharap pemerintah bisa memperhatikan makam Puyang Diatas ini,” katanya.