Zaman dahulu, pusat-pusat peradaban kuno tumbuh dan berkembang di lembah-lembah tepian sungai. Karena dulu sungai merupakan prasarana bagi masyarakat saat itu untuk dapat berhubungan atau berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
- Arab Saudi Cabut Suspend Penerbangan, Kemenag Bahas Teknis Perjalanan Umrah
- Lestarikan Kekayaan Budaya Palembang Dengan Lomba Seni Pertunjukan
- Tempat Wisata Candi Bumi Ayu Dipadati Pengunjung
Baca Juga
Selain itu, peran sungai sebagai sumber air sangat vital bagi kehidupan masyarakat.
Bagi masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) “Puyang Diatas” adalah seorang tokoh, seorang pemimpin , seorang pendiri Desa Negeri Ratu, Kecamatan Lengkiti, Kabupaten OKU yang dipercaya memiliki kesaktian.
Kuburannya terletak di atas tanah tinggi dimana pada bagian bawahnya mengalir Sungai Luwa.
Jarak tempuh ke makam Puyang Diatas dari Desa Negeri Ratu sekitar 20 Km atau satu jam perjalanan lantaran medan yang harus dilalui cukup berat karena harus masuk hutan dan kebun serta menuruni dan menaiki lereng bukit yang curam dan terjal.
Makam “Puyang Diatas” dikelilingi batu batu sungai. Uniknya nisannya tergambar muka manusia dimana terlihat telinga di kiri kanannya.
Batu nisan tersebut memiliki panjang 45 sampai 50 cm dengan lebar 15 Cm dengan diukir dengan rapi dan detail terbuat dari batu sungai warna putih.
Tak jauh dari makam “Puyang Diatas” terdapat makam Panglima yang merupakan pengawal “Puyang Diatas” yang nisannya hanya di pasang batu sungai biasa warna hitam dan terletak di atas tanah yang tinggi.
Sebagian masyarakat adat tradisional di Desa Negeri Ratu dan masyarakat desa tetangga jika ingin berkebun dan bertani meminta dalam arti adat
budaya kepada Puyang Diatas supaya hasil tani dan kebunnya banyak.
Selain itu ada juga masyarakat juga meminta jika menggelar acara, agar hujan dapat dikendalikan.
Nisan makam “Puyang Diatas” ini sempat viral di Media Sosial (Medsos) awal bulan lalu lantaran di posting oleh warga setempat.
Menurut Tanzili bin Emia Z Bin Burhan yang merupakan salah satu keturunan “Puyang Diatas: Bin Samba, menjelaskan berdasarkan cerita nenek Burhan Bin Madrohid, Puyang Diatas memiliki nama Diatas Bin Samba.
Dia adalah seorang petualangan namun asal pasti datang dari mana Puyang Diatas kurang diketahui masyarakat. Pastinya Puyang Diatas melakukan perjalanan jalan darat mengikuti alur sungai termasuk Sungai Lengkayap. Diperkirakan Puyang Diatas hidup di bawah tahun 1722.
“ Tiba di persimpangan Air Luah karena dia (Puyang Diatas) berpetualang dan tidak ada petunjuk mau kemana lalu menurut cerita beliau mengikis kemenyan , jadi dimana arah asap kemenyan disitulah langkah-langkah beliau turuti, tiba di persimpangan sungai juga beliau mengikis kemenyan sehingga perjalanan beliau lurus menurut sungai Luah dan tiba beliau di Lubuk Wahhuwa dimana Lubuk Wahhuwa ini terletak di bawah posisi kita sekarang ini, disitu beliau duduk dan tiba-tiba beliau terlihat dusun , padahal itu Lubuk Sungai mungkin di mata batinnya, disitu ada dusun , langsung beliau masuk menyelam ke Lubuk disitulah beliau menemukan dusun,” katanya ketika mendampingi Kantor Berita Rmolsumsel ke lokasi Puyang Diatas, Senin (3/10).
Dalam Dusun tersebut dilihat Puyang Diatas suasananya terang, makanya Lubuk disini di namakan Lubuk Wahhuwa , Wahhuwa artinya terang.
“ Saat beliau mau keluar dusun ini terdengar kokokan suara Brugo atau ayam hutan putih, karena firasat batin tadi, keluarlah beliau dari dusun yang dimasuki tadi, maka keluar sumpah beliau anak belai dia tidak selamat jika makan daging Brugo atau ayam hutan putih,” ujarnya.
Akhirnya beliau tinggal di Lubuk Wahhuwa yang menjadi cikal bakal awal Desa Negeri Ratu lalu beliau menanam padi disini.
“Batas waktu beliau di sini kita kurang pas berapa lama beliau disini sehingga dusun disini sempat pindah mungkin mungkin pengaruh saat serang menyerang dengan Suku Abung (Suku di Lampung), karena dulu warga disini bermusuhan dengan Suku Abung, karena banyak orang Suku Abung nyasar sampai di dusun sini sampai akhirnya Suku Abung dapat terkalahkan , lalu dusun disini pindah kedua ke Lubuk Bunto ,” katanya.
Di Lubuk Bunto tambahnya sudah ada anak Puyang Diatas yang tinggal dan memimpin daerah tersebut lalu terjadi kepindahan dusun ketiga itulah sekarang di Desa Negeri Ratu sekarang ini.
“ Beliau (Puyang Diatas ) sampai disini menanam padi lalu disusul adiknya satu namanya Batin Dalom makamnya ada dibawah tadi dan adiknya kedua Kejuruan yang makamnya ada di bawah, nah kawan setia Puyang Diatas ada juga namanya Panglima , kalau sekarang namanya pengawal , makamnya tak jauh dari makam Puyang Diatas , “ katanya.
Siapa nama asli Panglima dari Puyang Diatas ?Tanzili enggan menyebutkan dengan alasan kurang pas.
“ Pokoknya pengawal beliau (Puyang Diatas),” katanya.
Mengenai nisan Puyang Diatas menurutnya berdasarkan cerita neneknya bernama Burhan memang terbuat dari batu sungai lalu dipahat dan diukir sedemikian rupa .
“Tapi setelah beliau (Puyang Diatas) meninggal , dan saat nisannya terpasang, ada salah satu warga desa Negeri Ratu inilah sudah lama saat dikepindahan dusun kedua di Lubuk Bunto, ada orang iseng-iseng apa benci atau bagaimana di kapak dengan parang batu nisan Puyang Diatas ini sehingga meninggalkan bekas di kampak sebanyak dua buah,” katanya.
Mengenai bentuk nisan yang terlihat muka manusia yang menggunakan
seperti penutup kepala dan di bawah wajah ada ornamen tertentu menurutnya sudah ada sejak dulu.
“ Diatas kepalanya ini ada kopiah, atau tutup kepala , sedang dibawah mukanya apakah hiasan atau tulisan aksara, apakah ukiran, kami tidak tahu, yang jelas bagian leher beliau ini sebatas inilah,” katanya.
Hingga kini tambah Tanzili, pemerintah daerah belum pernah memperhatikan makam kuno ini namun pribadi pegawai pemerintah daerah sudah ada yang datang ke makam ini.
“Seperti pegawai pemda datang, apakah kepentingan nya mau nyalon atau kepentingan pribadi minta ke makam ini dan banyak yang datang ke makam ini untuk meminta sesuatu kepentingan karena menurut mereka beliau ini orang tahu, soal dikabulkan atau tidak, tidak tahu kita, karena tidak ada timbal balik apakah dia berhasil atau tidak, kita tidak tahu,” katanya.
Sedangkan Tokoh Pemuda Lengkiti , Sapriadi Syamsuddin menjelaskan, di Desa Negeri Ratu ini memang salah satu desa tertua di Kecamatan Lengkiti Kabupaten OKU.
“ Kalau Lengkiti ini sejarahnya dahulu terdiri dari dua marga yaitu Marga Lengkayap dan Marga Kiti dengan memiliki dua pasirah dimana Keresidenannya Martapura, Kecamatannya Simpang Martapura. Tahun 2000 terbentuklah kecamatan Lengkiti penggabungan dua marga marga Lengkayap dan Marga Kiti , jadi ada dua sungai besar yaitu Sungai Lengkayap dan Sungai Kiti tapi di bawah makam ini ada Sungai Luwa, artinya masyarakat Lengkiti itu jauh sebelum adanya peradaban Indonesia moderen sudah ada masyarakat Lengkiti sebagai penghuni di negara ini,” katanya.
Hal ini menurutnya membuktikan peradaban masyarakat Lengkiti itu jauh sudah ada sebelum keberadaan peradaban modern saat ini.
“ Tidak hanya diwakili oleh Puyang Diatas tapi di desa-desa lain ada namanya Puyang-Puyang ini, harapan ada perhatian pemerintah , karena sebelum terbentuk kabupaten OKU ini, Lengkiti sudah ada, artinya peradaban masyarakat Lengkiti itu jauh dari zaman purbakala memang sudah ada,” katanya.
Pihaknya berharap kepada pemerintah baik kabupaten, provinsi dan arkeolog dan para pihak berkaitan dengan cagar budaya memperhatikan makam Puyang Diatas ini.
Apalagi menurut pria yang berprofesi sebagai pengacara ini, melihat selama ini mengenal Kedatuan Sriwijaya, Kesultanan Palembang Darussalam tidak akan besar tanpa ditopang oleh uluan Palembang.
“Uluan Palembang itu salah satunya Lengkiti, jadi besarnya Kedatuan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam di zaman itu ditopang daerah-daerah seperti Lengkiti, kami juga berharap ada kesinambungan dari pemerintah untuk memperhatikan bahwa Lengkiti itu bukan hanya catatan peta wilayah , tapi lokasi ini bisa menjadi akses wisata religi bagi masyarakat luar yang ingin mengenal Lengkiti, ya... difasilitasi apakah di buat jalan atau di promosikan oleh Dinas Pariwisata karena di Lengkiti itu kaya dengan sumber daya alam, kaya dengan budaya , kaya dengan adat istiadat dan memiliki karakter sendiri,” katanya.
Sedangkan Kepala Desa Negeri Ratu , Zainal Ali berharap agar pemerintah memperhatikan makam Puyang Diatas tersebut sehingga bisa dijadikan objek wisata religi dengan memperbaiki akses menuju lokasi .
“Kami berharap pemerintah bisa memperhatikan makam Puyang Diatas ini,” katanya.
- Pemprov Sumsel Siapkan BKBK, Muratara Usulkan Sejumlah Proyek Prioritas
- Teror Ular Kobra di Desa Celikah OKI, Dua Warga Tewas Dipatuk
- Presiden Prabowo Tanam Padi Serentak di Sumsel, Dorong Swasembada hingga Jadi Lumbung Pangan Dunia