Melihat Lebih Dekat Bagian Depo LRT Sumsel

Petugas gedung Workshop melakukan pengecekan pada kereta LRT Sumsel.  (hummaidy kenedy/rmolsumsel.id)
Petugas gedung Workshop melakukan pengecekan pada kereta LRT Sumsel. (hummaidy kenedy/rmolsumsel.id)

Kehandalan kereta LRT Sumsel tak hanya didukung dari mesin dan perangkat modern yang ada di dalamnya. Tapi juga, sarana dan prasarana yang ada di Depo LRT Sumsel.


Petugas dari Gedung OCC sedang memantau operasional kereta LRT Sumsel. (hummaidy kenedy/rmolsumsel.id)

Kepala BPPKARSS, Prih Galih mengatakan, Depo LRT Sumsel memiliki beberapa bangunan serta peralatan yang berfungsi sebagai pendukung operasional LRT, seperti gedung Operation Control Centre (OCC) dan Gedung Workshop.

“Dalam Depo LRT Sumsel ini kita akan melihat beberapa peralatan dan gedung yang berfungsi sebagai pendukung selama LRT ini beroperasional,” katanya.

Kereta LRT Sumsel

 Staf Perawatan dan Peningkatan Prasarana BPPKARS memantau proses masuk kereta LRT ke gedung Workshop. (hummaidy kenedy/rmolsumsel.id)

Kereta LRT merupakan produk asli dari tanah air yang dibuat oleh PT INKA dengan beban gandar seberat 12 ton. Jumlah kereta yang dioperasikan di Kota Pempek sendiri berjumlah enam trainset dan dua cadangan, yang mana tiap trainsetnya terdiri dari tiga kereta.

“Bodynya didesain dengan menggunakan alumunium alloy serta kabinnya dari komposit,” kata Gumay, Kepala Divisi Perawatan dan Peningkatan Prasarana BPPKARSS.

Lalu kereta yang menjadi kebanggan masyarakat Sumsel ini dirancang dapat melaju dengan kecepatan 100 Km/jam. Namun dalam operasionalnya hanya didesain dengan kecepatan maksimum 85 Km/jam. Untuk tenaganya, kereta disuplai dengan daya listrik 750 VDC dengan aliran listrik di rel ketiga (Third Rail).

“Untuk persinyalan menggunakan sistem ETCS (European Train Control System) level 1,” tandasnya.

Gedung OCC

Suasana dalam gedung OCC. (hummaidy kenedy/rmolsumsel.id)

Gedung OCC menjadi pusat mengontrol semua operasional LRT Sumsel serta pengawasan di 13 stasiun yang terbentang dari Stasiun Sultan Mahmud Badarudin II hingga Stasiun Depo Jakabaring. Dalam gedung OCC ini, terdapat beberapa peralatan yang memiliki fungsinya masing-masing.

“Salah satunya Workstation NMS radio System, gunanya untuk memantau seluruh pemancar radio yang ada serta untuk pemrograman pesawat HT yang digunakan,” jelasnya.

Lalu ada Workstations Acces Control Management, Worksatstions Scada Facility System, dan Workstations Scada Power Mainline System yang masing-masing berfungsi untuk memantau fungsi dan memprogram suplai listrik untuk alat-alat pelayanan dan stasiun-stasiun.

Ada juga Workstations Operator yang berfungsi sebagai pengatur sistem persinyalan di sepanjang jalur LRT sumsel. Tombol darurat dan akses pintu yang memiliki akses elektronik bisa juga dikontrol melalui gedung OCC yang berada di dalam kawasan Depo LRT Sumsel.

Selain itu, terdapat juga layar monitor yang berukuran cukup besar untuk memantau seluruh aktivitas di setiap stasiun dan kereta.

“Dari sini semuanya kita pantau, apabila ada hal-hal ganjil yang terlihat maka akan langsung dihubungi dari gedung OCC ini guna menindaklanjutinya,” tandasnya.

Workshop Perawatan Kereta LRT

Petugas tengah melakukan pengecekan kereta LRT Sumsel di dalam workshop. (hummaidy kenedy/rmolsumsel.id)

Perawatan kereta LRT baik perawatan berkala seperti harian, mingguan, ataupun tahunan semuanya dilakukan di gedung workshop yang luasnya 6804 meter persegi ini. Terdapat 10 trek yang masing-masing treknya memiliki fungsi tersendiri.

Dijelaskan Staf Divisi Perawatan dan Peningkatan Prasarana BPPKARSS, Yoga Septiano di lapangan bahwa masing-masing trek memiliki fungsinya tergantung perawatan yang akan dilakukan.

“Untuk trek 1 sampai 4, digunakan sebagai tempat stabling atau kalau Bahasa kita itu parkirnya, tapi sebentar menunggu operasional atau perawatan,” katanya ketika dibincangi.

Lalu pada trek 5, digunakan sebagai tempat untuk mencuci kereta LRT setelah beroperasi sehingga siap digunakan untuk operasional di keesokan harinya. Yoga mengatakan perawatan membersihkan kereta biasanya dilakukan pada malam hari dan langsung dilakukan pengecekan harian.

“Kalau pengecekan harian yang biasa kita cek adalah untuk safety, seperti kampas rem blok, sumberdaya, dan hal lainnya,” terangnya.

Lalu pada trek 6 digunakan untuk perawatan ringan pada roda kereta. Pada trek ini, roda kereta tidak perlu dilepaskan, artinya perbaikan roda dilakukan dengan posisi roda tetap berada pada sarana kereta (rangkaian roda kereta) menggunakan alat Underfloor Wheel Lathe.

Untuk perawatan ringan terkait badan kereta baik interior maupun eksterior, dilakukan pada trek 7 dan 8. Dengan menggunakan alat yang canggih, perbaikan dilakukan tanpa membongkar boogie kereta (badan kereta) dari sarana kereta.

Apabila kereta memerlukan perawatan yang cukup berat, maka dilakukan pada trek 9 dan 10. Salah satu alat yang digunakan yakni Mobile Lifting Jack untuk mengangkat boogie kereta dari sarana kereta.

“Nanti roda yang dilepas akan kita bubut menggunakan beberapa alat seperti Above Floor Wheel Lathe dan Axle Lathe Machine, dan lain-lain,” ucapnya.

“Namun kereta yang ingin menuju gedung workshop dalam posisi mati, hal ini guna meminimalisir korban akibat tegangan listrik yang tinggi dari kereta,” sambungnya.

Sehingga untuk proses keluar masuk kereta menggunakan Shunting Locomotive sebagai alat untuk mendorong dan menarik kereta yang ingin melakukan perawatan.

Sementara itu, terdapat peralatan bernama Rescue Tools yang berfungsi sebagai alat apabila terjadi kecelakaan pada kereta LRt baik dijalur maupun di Depo LRT Sumsel.

Rescue Tools ini terdiri dari alat pemotong, menekan untuk melebarkan, dan lainnya yang berguna untuk penyelamatan,” tandasnya.