Melestarikan Keberagaman Budaya Sumsel Melalui Festival Rentak Batanghari 

Festival Rentak Batanghari di aula Taman Budaya Sriwijaya, Jumat (5/11).(Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)
Festival Rentak Batanghari di aula Taman Budaya Sriwijaya, Jumat (5/11).(Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) melalui UPTD Taman Budaya Sriwijaya Palembang menggelar Festival Rentak Batanghari di aula Taman Budaya Sriwijaya, Jumat (5/11).


Ketua Panitia Cahyo Sulistyaningsih menjelaskan ada 12 Kabupaten/Kota yang mengikuti Festival Rentak Batanghari yaitu Palembang, Ogan Ilir (OI), Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur, OKU Selatan, Muara Enim, Lahat, Empat Lawang, Lubuklinggau, Pali dan Musi Banyuasin.

"Para peserta menampilkan sesuai kekhasan Kabupaten/Kota masing-masing. Festival Rentak Batanghari ini diadakan selama dua hari dari tanggal 5-6 November 2021," katanya.

Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Kebudayaan Hidayat Comsu mengatakan, dari 17 Kabupaten/Kota di Sumsel, memiliki hasanah budaya yang beragam dan luar biasa.

"Perlu kita ingatkan bahwasanya kebudayaan ini sangat penting, karena majunya suatu daerah karena majunya budaya didaerah tersebut. Maka bagi pelajar jangan malu-malu melestarikan budaya yang ada," katanya.

Plt Kepala UPTD Taman Budaya Agus Hariyanto mengatakan , kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi sangar yang ada di Kabupaten/Kota di Sumsel dimasa pandemi seperti ini agar tetap bangkit.

"Yang ditampilkan di Festival Rentak Batanghari ini seperti tari-tarian dari masing-masing kabupaten/kota, lalu ada juga teater, berturut dan lain-lain," katanya.

Sedangkan Toton Dai Permana, salah satu Panitia Festival Rentak Batanghari yang juga Pengamat Seni mengtakan, rentak yang artinya bersama-sama menyatukan tradisi dari perbedaan itu disatukan melalui Festival Rentak Batanghari.

"Ini salah satu upaya UPTD Taman Budaya Sriwijaya dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel untuk memicu dan memacu semangat para seniman serta penggiat budaya agar terus berkarya," katanya.

Sekaligus menjaga, merawat, melestarikan dan mengembangkan tradisi budaya yang ada di daerah Sumsel. Ini merupakan kegiatan di Taman Budaya Sriwijaya yang pertama yang menampilkan tradisi daerah masing-masing.

"Supaya kelihatan tradisi budaya yang ada. Melalui Rentak Batanghari kita jaga kebersamaan kita jalin kebersamaan," katanya.

Misal untuk Muara Enim menampilkan teater, tarian bahkan ada berturut. Mereka mengeksplorasi apa yang ada di kabupaten/kota masing-masing.

Sedangkan Nining Fransiska yang merupakan Koreografer dari tim Kabupaten Muara Enim mengatakan, bahwa tema yang diangkat tentang kekayaan alam di Muara Enim.

"Kita mengangkat tema tentang cerita berkebun kopi. Kebetulan kopi di Muara Enim cukup terkenal, bahkan di 2020 mendapatkan nominasi minuman tradisional terbaik nomor dua di Indonesia. Kopi di Muara Enim dikenal dengan Kopi Semendo," katanya.

Dalam penampilan kali ini pihaknya melibatkan pelajar, mahasiswi dan mahasiswa serta pekerjaan. "Total ada 20 orang yang tampil. Persiapan kami  satu bulan," katanya.