MDI Diminta Berperan Hentikan Politik Identitas

Ketua Majelis A'la MDI Airlangga Hartarto melantik kepengurusan MDI yang baru. (Ist).
Ketua Majelis A'la MDI Airlangga Hartarto melantik kepengurusan MDI yang baru. (Ist).

Kepengurusan Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) resmi dilantik, di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta, Minggu malam (5/6). Pelantikan dilakukan langsung oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto yang juga ketua Majelis A'la MDI.


Dia mengatakan politik identitas telah merusak tatanan hidup berbangsa dan memecah belah persatuan umat. 

"MDI memiliki tugas untuk menyatukan umat dan menghentikan politik identitas pada tahun politik,” katanya, Senin (6/6).

Karena itu, dengan dilantiknya pengurus MDI ini dapat membantu dalam permasalahan  elektoral dan mampu menyalurkan aspirasi umat Islam. Menurutnya, Golkar bersama partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) juga berupaya untuk menyelesaikan masalah populisme dan politik identitas ini. 

Selain itu, dia berharap Ketua Umum MDI KH Choirul Anam dan Sekretaris Jenderal Gunawan Hidayat bersama jajarannya, harus terus mengembangkan Islam washatiyah atau menjadi Islam yang moderat, agar tercipta persatuan bangsa. Tidak terpecah belah. 

“Sementara MDI bergerak pada persoalan dakwah yang menyatukan umat,” ujarnya. 

Saat ini, Kementrian Perindustrian juga membuat  program Santriprenuer agar santri dapat mandiri. Bahkan, pondok pesantren mampu mengembangkan bismis untuk ekspor, seperti memiliki pabrik sandal sehingga sandal santri tidak sering hilang. Bahkan, dapat diekspor. 

"Kami harap MDI ini mengambil peran dakwah untuk pembangunan dengan bahasa agama," pungkasnya. 

Sementara itu, Ketua Umum MDI KH Choirul Anam menambahkan visi MDI sendiri yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Pihaknya juga akan membawa Islam yang rahmatan lil alamin, dakwah yang menyatukan dan tidak memecah belah umat. 

Selain itu, dia meminta seluruh kader MDI untuk menghindari politik identitas yang dapat menciptakan jurang perpecahan anak bangsa. Bahkan, umar Islam. 

“Kami ingin terus menumbuhkan semangat toleransi dan semangat kebangsaan, setinggi apapun dinamika politik yang terjadi,” tutupnya.