Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) terus bergerak aktif dalam ikut membantu pemerintah dalam mengatasi pandemik Covid-19 yang saat ini sedang melanda Indonesia
Teranyar, MCCC meluncurkan Senarai Perilaku Masa Pandemi Covid-19 (Sikuvid) dan Senarai Kecemasan Diri Masa Pandemi Covid-19 (Sikevid) sebagai alat untuk mengukur kondisi kesehatan fisik dan psikis masyarakat.
- Pasukan Ethiopia Klaim Bunuh 85 Militan Al Shabaab di Perbatasan Somalia
- Empat Personel Satbrimob Dapat Misi Minusca di Afrika Tengah
- MUI Desak OKI Gelar Pertemuan Darurat Bahas Konflik di Gaza
Baca Juga
Sikuvid dan Sikevid merupakan alat untuk mengukur kesehatan fisik dan psikis masyarakat. Alat tersebut berupa cheklist/senarai yang dapat digunakan oleh relawan secara fleksibel dan mandiri dengan tetap menghormati etika profesi yang berlaku serta tidak harus diberikan oleh psikolog.
Alat ini dibuat untuk mengukur seberapa besar risiko masyarakat terpapar virus serta kondisi psikologis masyarakat. Alat ini juga dapat digunakan para relawan untuk memudahkan mereka memetakan kondisi masyarakat terkait risiko terpapar virus dan risiko kecemasan.
“Jika ditemukan indikasi risiko dan kecemasan tinggi maka kita akan bisa lakukan sisi kuratif dengan memberikan konseling bagi yang cemas tinggi serta segera merujuk kepada Puskesmas/RS terdekat bagi yang risiko tinggi terpapar virus," ujar Psikolog MCCC, Ratna Setiyani S, Minggu (26/4).
"Ini sekaligus dapat menjadi inisiasi untuk melakukan preventif dan promotif di titik-titik mana yang dibutuhkan, sehingga akan dapat terpantau segera,” sambungnya.
Uji
validitas dari Sikevid, kata dia, menggunakan panduan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) dengan merujuk referensi Scully tentang
tanda-tanda kecemasan.
Sedangkan untuk item pertanyaan tetap mempertimbangkan favorabel dan
unfavorable. Semuanya dibuat dengan prosedur ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan.
“Jika kami
membuat skala uji coba sendiri kami butuh waktu lebih lama, sehingga tentu
tidak akan sesuai dengan tujuan semula karena masyarakat sudah menunggu adanya
sebuah alat yang dapat dipakai oleh para relawan,” pungkasnya.
- Shell Bayar Denda Rp 149 Miliar Terkait Pencemaran Udara di AS
- Pasokan Habis, Kyiv Akui Sangat Bergantung pada Bantuan AS
- Trump Izinkan Pengiriman Bom 2.000 Pon ke Israel