Mantan Dubes Inggris Ditangkap Junta Myanmar, Ini Kasusnya

Mantan Duta Besar Inggris untuk Myanmar, Vicky Bowman/Net
Mantan Duta Besar Inggris untuk Myanmar, Vicky Bowman/Net

Mantan Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Myanmar Vicky Bowman bersama dengan suaminya, Htein Lin, ditangkap Junta Myanmar, Rabu (24/8/2022).


Pasangan ini didakwa karena pelanggaran Undang-undang (UU) imigrasi serta terancam hukuman lima tahun penjara, saat ini mereka sudah ditahan di penjara Insein. 

Diketahui, Bowman pernah menjabat sebagai Dubes Inggris untuk Myanmar pada periode 2002 hingga 2006, dan memiliki pengalaman lebih dari tiga dekade di negara itu. 

Sementara suaminya, Htein Lin, merupakan seorang seniman terkenal di Burma dan mantan tahanan politik selama lebih dari enam tahun yang menentang kepemimpinan junta sebelumnya.

Dari laporan RFA News, Bowman sebelumnya telah memperoleh izin tinggal untuk menetap di Yangon, tempat ia menjalankan organisasi nirlabanya. 

Tetapi ia pindah ke rumah suaminya di Kotapraja Kalaw, negara bagian Shan, antara 4 Mei 2021 hingga 9 Agustus 2022 tanpa memberi tahu pihak berwenang terkait perubahan alamatnya ini.

Terkait dengan itu, banyak pihak menganggap penangkapan ini hanya mengada-ada, karena terjadi setelah Inggris mengumumkan sanksi baru pada junta Myanmar.

“Saya melihat ini sebagai bentuk balas dendam karena pemerintah Inggris mengumumkan sanksi baru-baru ini. Karena Vicky Bowman adalah mantan Dubes Inggris, dia dan suaminya terjebak di tengah-tengah,” ujar pengamat Myanmar, Wai Hmuu Thwin.

Usai penangkapan mantan Dubes Inggris itu, banyak kecaman yang datang kepada junta Myanmar, salah satunya adalah dari Phil Robertson, seorang wakil direktur Asia untuk Human Rights Watch yang berbasis di New York.

Ia mengecam keputusan untuk menangkap pasangan itu sebagai tindakan yang tidak masuk akal, konyol dan penuh dendam.

Saat ini, Myanmar berada dalam kekacauan politik dan ekonomi sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih pada awal 2021 lalu.

Menurut laporan dari Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, pihak berwenang di Myanmar telah menangkap lebih dari 15.200 orang sejak awal kudeta, serta membunuh hampir 2.250 warga sipil. .