Mahasiswa UIN Raden Fatah Antusias Belajar Aksara Kaganga

Mahasiswa dan pelajar mengikuti pelatihan Aksara Kaganga dalam rangkaian Seguntang Fest 2021, Rabu (24/11). (Ist/rmolsumsel.id)
Mahasiswa dan pelajar mengikuti pelatihan Aksara Kaganga dalam rangkaian Seguntang Fest 2021, Rabu (24/11). (Ist/rmolsumsel.id)

Sebagai bagian pelestarian aksara kuno asli Sumatera Selatan, Komunitas Pecinta Aksara Ulu Sumatera Selatan dan Forum Pariwisata dan Budaya (Forwida) Sumatera Selatan menggelar pelatihan Aksara Kaganga.


Pelatihan yang menjadi rangkaian kegiatan Seguntang Fest 2021 tersebut dilaksanakan di Sekretariat Forwida di Bukit Seguntang, Palembang, Rabu (24/11).

Mahasiswa dan pelajar yang mengikuti pelatihan tampak antusias mempelajari tradisi tulis Sumatera Selatan menggunakan Aksara Kaganga.

“Pesertanya sekitar 20 orang  dari mahasiswa UIN Raden Fatah dan pelajar seperti dari sekolah Bina Ilmi,” ujar Ketua Perkumpulan Pecinta Aksara Ulu Sumatera Selatan yang juga panitia kegiatan pelatihan Aksara Kaganga, Nuzulur Ramadhona.

Menurut Nuzulur Ramadhona, meski dalam waktu singkat ternyata para peserta banyak yang sudah bisa menuliskan dan membaca huruf Kaganga tersebut.

“Intinya sering pengulangan, sama seperti ilmu-ilmu lain. Orang bisa karena biasa,” tuturnya.

Pelatihan ini dihadiri Wahyu Rizky Andhifani dari Balai Arkeologi Sumsel, budayawan Sumsel Ahmad Rapanie, dan sejarawan Sumsel Kemas Ari Panji.

Peneliti Balar Sumsel, Wahyu Rizky Andhifani mengatakan, Aksara Kaganga merupakan warisan nenek moyang.

Menurutnya, Aksara Kaganga disebut juga dengan Aksara Ulu karena banyak berkembang dalam masyarakat yang tinggal di hulu sungai di pedalaman. Selain itu di era keemasannya, posisi aksara ini tidak tergeser oleh huruf lain sebagai sarana komunikasi masyarakat setempat.

Era Aksara Ulu ini pudar setelah huruf Arab masuk ke Sumsel. Apalagi huruf Arab digunakan untuk bahasa keagamaan di Sumsel sehingga semakin lama Aksara Ulu ini makin lama makin hilang .

Hal ini juga diperparah banyak orang melupakan Aksara Kaganga dan menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari, walaupun demikian huruf Arab juga akhirnya ikut tersisih di Sumsel setelah masuknya huruf latin dan digunakan sebagai bahasa komunikasi masyarakat Sumsel.