Sebagai bagian pelestarian aksara kuno asli Sumatera Selatan, Komunitas Pecinta Aksara Ulu Sumatera Selatan dan Forum Pariwisata dan Budaya (Forwida) Sumatera Selatan menggelar pelatihan Aksara Kaganga.
- BEM SI Demonstrasi Besok, Polri Tak Lakukan Pengamanan Berlebihan
- Pemeriksaan Harnojoyo Terkait Manipulasi RUPS-LB Bank Sumsel Babel hingga Isu Kelangkaan Gas Elpiji Jadi Berita Populer Mei 2024
- Charlie Watts, Drumer Legendaris Rolling Stones Meninggal Dunia
Baca Juga
Pelatihan yang menjadi rangkaian kegiatan Seguntang Fest 2021 tersebut dilaksanakan di Sekretariat Forwida di Bukit Seguntang, Palembang, Rabu (24/11).
Mahasiswa dan pelajar yang mengikuti pelatihan tampak antusias mempelajari tradisi tulis Sumatera Selatan menggunakan Aksara Kaganga.
“Pesertanya sekitar 20 orang dari mahasiswa UIN Raden Fatah dan pelajar seperti dari sekolah Bina Ilmi,” ujar Ketua Perkumpulan Pecinta Aksara Ulu Sumatera Selatan yang juga panitia kegiatan pelatihan Aksara Kaganga, Nuzulur Ramadhona.
Menurut Nuzulur Ramadhona, meski dalam waktu singkat ternyata para peserta banyak yang sudah bisa menuliskan dan membaca huruf Kaganga tersebut.
“Intinya sering pengulangan, sama seperti ilmu-ilmu lain. Orang bisa karena biasa,” tuturnya.
Pelatihan ini dihadiri Wahyu Rizky Andhifani dari Balai Arkeologi Sumsel, budayawan Sumsel Ahmad Rapanie, dan sejarawan Sumsel Kemas Ari Panji.
Peneliti Balar Sumsel, Wahyu Rizky Andhifani mengatakan, Aksara Kaganga merupakan warisan nenek moyang.
Menurutnya, Aksara Kaganga disebut juga dengan Aksara Ulu karena banyak berkembang dalam masyarakat yang tinggal di hulu sungai di pedalaman. Selain itu di era keemasannya, posisi aksara ini tidak tergeser oleh huruf lain sebagai sarana komunikasi masyarakat setempat.
Era Aksara Ulu ini pudar setelah huruf Arab masuk ke Sumsel. Apalagi huruf Arab digunakan untuk bahasa keagamaan di Sumsel sehingga semakin lama Aksara Ulu ini makin lama makin hilang .
Hal ini juga diperparah banyak orang melupakan Aksara Kaganga dan menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari, walaupun demikian huruf Arab juga akhirnya ikut tersisih di Sumsel setelah masuknya huruf latin dan digunakan sebagai bahasa komunikasi masyarakat Sumsel.
- Merajut Kembali Warisan Budaya Aksara Ulu Lahat
- Mau Belajar Lebih Dalam Soal Aksara Ulu Khas Sumsel? Yuk, Gabung di Komunitas Ini
- Gelar Festival Seguntang Hulu Melayu, Forwida Angkat Tema Digitalisasi Pariwisata