Mahasiswa Teknik Elektro Unsri Ciptakan IoT, Apo Itu ?

Empat mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sriwijaya (Unsri) merancang perangkat perkebunan berbasis Internet of Thing (IoT) dengan Plane Care System Monitoring untuk mempermudah budidaya tanaman di tengah musim kemarau yang berkepanjangan.


Keempat mahasiswa tersebut ialah, yang diketua oleh Darma Sandi semester 5, dengan anggota M Yusup semester 7, Eca Desriana semester 7 dan Eric Sean Kesuma semester 9.

Dikatakan Darma, menerapkan konsep transfer data melalui jaringan, Plane Care System Monitoring bermanfaat memantau kelembapan dan suhu secara otomatis, sehingga saat pengaliran air ke tanaman, seseorang tidak perlu melakukan penyiraman manual.

"Idenya merancang perangkat muncul karena lihat petani di Musi Banyuasin (Muba) tempat asal saya, bolak-balik pagi dan sore ke lahan menyiram tanaman di musim kemarau. Biar mempermudah petani, terpikir mendesain konsepnya," ujar Darma saat ditemui di kampus Unsri, Rabu (12/8).

Plane Care System Monitoring perangkat perkebunan berbasis IoT ini, memakai sistem baterai dengan arus listrik Direct Current (DC) atau jenis arus yang mengalir secara searah. Sehingga tidak membahayakan aliran listrik meski terkena air atau basah.

Pemantauan sistem tersebut diuji coba dalam satu kotak berukuran sekitar 50 cm terisi tanah, kemudian diantara lapisan tanah ada pipa putih yang berfungsi sebagai aliran air saat tanaman membutuhkan penyiraman.

"Merancang sampai jadi perangkat atau alatnya ini kita mengajukan Rp 12 juta dana ke Dikti, tapi berkurang jadi Rp 5 juta karena pemerintah mengalihkan untuk dana Covid-19, jadi dengan dana tidak terlalu banyak kami berusaha memaksimalkan kemampuan," ungkap dia.

Diceritakannya, pipa dalam kotak menyambung terpisah dengan pompa air. Bila waktunya penyiraman, air secara otomatis mengalir karena telah tersambung dengan pompa air yang sudah hidup. sehingga aliran air keluar dari lobang-lobang pipa antara tanah dan tanaman.

Dalam proses penyempurnaan Plane Care System Monitoring, sempat mengalami kegagalan lantaran sensor rusak akibat terkena air. Akibatnya, harus mengulang mengatur dan merangkai kembali sambungan arus listrik.

"Kalau pompa air listriknya Alternating Current (AC) tapi kalau perangkat Plane Care System Monitoring pakai DC atau baterai karena ada sensornya, kalau kena air bisa terganggu. Aman, karena dilapisi anti air," jelasnya lagi.

Semestinya, dari awal merancang perangkat estimasi penyelesaian selama empat bulan. Namun, karena faktor Covid-19, tim hanya dikejar target untuk menyelesaikan selama dua bulan termasuk penyempurnaan monitoring yang nantinya dapat terpantau melalui jaringan internet.

"Belum selesai perangkatnya, jadi nanti ada website untuk memantau otomatis kelembapan dan suhu, diatur. Misal ketika tanaman membutuhkan kadar air 70 persen, perangkat mendeteksi dan otomatis dari pipa mengalir," terangnya.

Sementara itu, rekan satu timnya, Muhammad Yusup menambahkan, nanti setelah perangkat selesai, seseorang misalnya petani yang ingin mengecek tanaman tidak perlu melihat ke lahan. Cukup mengecek di rumah atau bisa jarak jauh melalui handphone.

"Karena perangkatnya berbasis IoT, sistem ini cocok untuk tanaman yang memang tumbuh di lahan yang tidak banyak memerlukan air terlalu banyak seperti sawi, tomat, cabai, selada dan sayur-sayuran," kata dia.

Optimistis perangkat selesai dengan tingkat keberhasilan 90 persen. Harapan mereka ke depan, agar perangkat karya PKM Teknik Elektro Unsri dapat dimanfaatkan dan tenar secara internasional atau bahkan bisa membantu kemudahan pekerjaan petani di daerah.

"Jadi fungsinya lebih membaca sensor dari sistem tersebut. Mudah-mudahan berkembang kerjasama dengan pemerintah," tandasnya.