Filipina telah memutuskan untuk menghentikan pembicaraan terkait kerjasama eksplorasi energi dengan China di tengah memanasnya hubungan negara akibat sengketa di Laut China Selatan.
- Baru Menjabat 45 Hari, Liz Truss Mundur Sebagai PM Inggris Karena Gagal Pulihkan Ekonomi
- Unggul dalam Survei Pilpres, Saham Trump Ikut Terkerek Naik
- Prakiraan Cuaca Hari Ini, Palembang Bakal Cerah Berawan
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin mengonfirmasi hal tersebut dalam pidatonya pada pekan ini, seperti dikutip The Star, Senin (27/6).
"Kami telah melangkah sejauh mungkin secara konstitusional. Satu langkah maju dari tempat kami berdiri di tepi jurang akan jatuh ke dalam krisis konstitusional," kata Teodoro.
Filipina dan China yang telah berselisih mengenai kedaulatan maritim selama puluhan tahun telah berjanji pada 2018 untuk melakukan eksplorasi aset minyak dan gas bersama-sama di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina, yang juga diklaim oleh Beijing.
"Tiga tahun berlalu dan kami belum mencapai tujuan kami untuk mengembangkan sumber daya minyak dan gas yang sangat penting bagi Filipina, tetapi tidak dengan mengorbankan kedaulatan, bahkan tidak satu partikel pun," tambah Teodoro.
Selama ini banyak ahli meragukan kerja sama eksplorasi energi antara China dan Filipina, terlebih itu dilakukan di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte yang dikenal ingin dekat dengan Beijing.
Sejumlah ahli memperingatkan bahwa setiap kesepakatan untuk berbagi sumber daya energi dapat dilihat sebagai melegitimasi klaim pihak lain, atau memberikan wilayah berdaulat.
Putusan arbitrase internasional 2016 memperjelas bahwa Filipina memiliki hak berdaulat untuk mengeksploitasi cadangan energi di dalam ZEE 200 mil, tetapi China telah menolak untuk mengakui keputusan itu.
Kedua negara membentuk panel khusus untuk mencari tahu bagaimana mereka dapat bersama-sama menjelajahi daerah-daerah itu, tanpa perlu membahas masalah kedaulatan yang sensitif.
Tetapi Locsin menegaskan hal itu tidak akan dapat dicapai tanpa melanggar konstitusi Filipina, atau pemerintah China membatalkan klaimnya.
Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin mengonfirmasi hal tersebut dalam pidatonya pada pekan ini, seperti dikutip The Star, Senin (27/6).
"Kami telah melangkah sejauh mungkin secara konstitusional. Satu langkah maju dari tempat kami berdiri di tepi jurang akan jatuh ke dalam krisis konstitusional," kata Teodoro.
Filipina dan China yang telah berselisih mengenai kedaulatan maritim selama puluhan tahun telah berjanji pada 2018 untuk melakukan eksplorasi aset minyak dan gas bersama-sama di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina, yang juga diklaim oleh Beijing.
"Tiga tahun berlalu dan kami belum mencapai tujuan kami untuk mengembangkan sumber daya minyak dan gas yang sangat penting bagi Filipina, tetapi tidak dengan mengorbankan kedaulatan, bahkan tidak satu partikel pun," tambah Teodoro.
Selama ini banyak ahli meragukan kerja sama eksplorasi energi antara China dan Filipina, terlebih itu dilakukan di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte yang dikenal ingin dekat dengan Beijing.
Sejumlah ahli memperingatkan bahwa setiap kesepakatan untuk berbagi sumber daya energi dapat dilihat sebagai melegitimasi klaim pihak lain, atau memberikan wilayah berdaulat.
Putusan arbitrase internasional 2016 memperjelas bahwa Filipina memiliki hak berdaulat untuk mengeksploitasi cadangan energi di dalam ZEE 200 mil, tetapi China telah menolak untuk mengakui keputusan itu.
Kedua negara membentuk panel khusus untuk mencari tahu bagaimana mereka dapat bersama-sama menjelajahi daerah-daerah itu, tanpa perlu membahas masalah kedaulatan yang sensitif.
Tetapi Locsin menegaskan hal itu tidak akan dapat dicapai tanpa melanggar konstitusi Filipina, atau pemerintah China membatalkan klaimnya.
"Presiden telah berbicara, diskusi minyak dan gas dihentikan sepenuhnya. Tidak ada yang tertunda, semuanya sudah berakhir," pungkasnya.
- Ekspor Beras Thailand Meningkat hingga 10 Juta Ton, Indonesia Pembeli Utama
- Duel Krusial di Manahan Solo, Timnas Wajib Menang Lawan Filipina
- Spesifikasi Hongqi L5, Mobil Mewah yang Ditumpangi Prabowo saat Kunjungan ke Beijing