Situasi di Laut China Selatan belakangan ini terus memanas. Kisruh itu dipicu konflik Amerika Serikat dan China, dikarenakan adu ngotot kedua negara atas kepentingan di kawasan tersebut.
- Hore! Honor Petugas Pantarlih Bakal Cair, Ini Besarannya
- Pemilih Berhak Golput sebagai Bentuk Perlawanan
- Mujahid 212 Sarankan Kapolri Nonaktifkan Sementara Irjen Ferdy Sambo
Baca Juga
Begitu dikatakan Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko, dalam webinar "Geopolitik Energi di Laut China Selatan" yang diselenggarakan oleh Purnomo Yusgiantoro Center, Sabtu (20/6/2020).
Menurut Moeldoko, niat Amerika Serikat dalam konflik di Laut China Selatan antara lain untuk kepentingan Pemilu pada November 2020.
“Juga dalam rangka perebutan hegemoni aspek ekonomi, AS ingin melihat rill pertahanan Tiongkok yang saat ini sulit dikalkulasi,” kata Moeldoko.
Sementara China, sambung dia, untuk memperkuat nasionalisme dalam kerangka menunjukKan negara itu menjadi super power baru. Selain itu, ada kesempatan bagi China untuk menempatkan postur pertahanannya di samping juga mengetahui mana kawan dan mana lawan melalui konflik di Laut China Selatan.
Baca Juga Moeldoko Jadi Wakil Ketua Komite Program Kartu Prakerja Lanjut Moeldoko, kedua negara sekaligus ingin mengambil momentum, yang bagi Amerika Serikat inilah waktu yang tepat melakukan intervensi terhadap Tiongkok. “Kalau saya melihat ending storynya, itu nanti akan terjadi military campaign saja bagi Amerika Serikat,” pungkas dia. [ida]
- Rapatkan Barisan, GP Ansor dan Banser Jakut Bersiap Geruduk Holywings
- Prabowo Sentil Raja Kecil yang Merasa Kebal Hukum dan Suka Lawan Pemerintah
- Usut Korupsi Lahan Rorotan, Petinggi PT NKRE Kembali Dipanggil KPK