Penanganan Covid-19 di Tiongkok khususnya di Kota Xian, Provinsi Shaanxi, Tiongkok dikeluhkan sejumlah warga. Lockdown yang diberlakukan Pemerintah Tiongkok membuat masyarakat kesulitan mendapatkan pasokan makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
- Kebijakan Lockdown China Terus Diprotes Komunitas Uighur
- Pemeritah Sri Lanka Lockdown Warganya Gara-gara Pasokan BBM Menipis
- Usai Putuskan Lockdown, Korut Dilaporkan Luncurkan Tiga Rudal Balistik
Baca Juga
Keputusan menerapkan penguncian ketat diambil Pemerintah Tiongkok untuk membendung penyebaran virus Covid-19. Namun imbasnya keputusan itu menyebabkan terhambatnya aktivitas keseharian masyarakat.
Bahkan Radio Free Asia menyebut warga dibuat kesal dengan rumah sakit yang terkadang tidak menerima mereka yang sakit karena tidak memiliki “kode hijau” pada aplikasi pelacak Covid-19.
Selain itu, banyak juga orang yang mendapatkan diagnosis kasus yang salah, membuat ribuan orang dipindahkan paksa untuk tinggal di pusat karantina.
Menyikapi hal ini, warga pun meluapkan kekesalannya di media sosial. Berbagai keluhan dan kritikan seputar penanganan Covid-19 oleh Pemerintah mereka sampaikan, di antaranya mereka sulit membeli makanan yang cukup. Bahkan tidak sedikit yang mengaku tidak memiliki uang.
Namun hal itu direspons berbeda oleh Pemerintah. Dianggap menyebarkan “rumor negatif” terkait aturan lockdown, puluhan warga ditangkap polisi.
Kota Xian dikunci sejak Desember 2021 setelah ditemukan klaster Covid-19 di daerah tersebut. Seluruh 13 juta penduduknya diperintahkan untuk tinggal di rumah kecuali membeli kebutuhan sehari-hari dan keadaan mendesak.
- Kebijakan Lockdown China Terus Diprotes Komunitas Uighur
- Pemeritah Sri Lanka Lockdown Warganya Gara-gara Pasokan BBM Menipis
- Usai Putuskan Lockdown, Korut Dilaporkan Luncurkan Tiga Rudal Balistik