Kongres Umat Islam Jabar: Kami Butuh Pemimpin Pembela Umat!

Kongres Umat Islam Jawa Barat resmi digelar di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Sukaraja, Garut/ist
Kongres Umat Islam Jawa Barat resmi digelar di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Sukaraja, Garut/ist

Kongres Umat Islam Jawa Barat resmi digelar di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Sukaraja, Garut pada Jum'at (18/11).


Kongres tersebut dihadiri para tokoh nasional dan ulama, di antaranya Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar), Uu Ruzhanul Ulum; Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo; Bachtiar Hamsyah; Gus Aam; Rochmat Wahab; M Said Didu; Ubedilah Badrun; KH Deden Abdul Hanif; Abuya KH Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al Manadi; KH Cecep Abdul Halim; dan KH Nonop Hanafi.

Acara dibuka dengan pembacaan tilawah Quran dan disambung dengan sambutan tuan rumah, KH Deden Abdul Hanif. Ia mengatakan, dikumpulaknnya para ulama ini sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi sosial dan pentingnya mendengarkan ulama untuk berjuang.

Dengan ukhuwah silaturahmi, kata dia, dapat mempererat dan menjadikan kekuatan yang lebih baik sebagaimana dilakukan nabi Muhammad SAW yang menyatukan kaum Muhajirin dan Anshor.

Hal tersebut dipertegas oleh Bachtiar Chamsyah yang menyatakan bahwa Kongres Umat Islam didasarkan pada rasa ingin jihad membawa masa depan negara lebih baik.

Bachtiar menyerukan jihad seperti yang Rasul lakukan, bahwa tidak akan bahagia seseorang karena tidak berani berjihad. Dan iman tidak bisa digertak. Lebih lanjut, Bachtiar menjelaskan  Perlu ada visi ke depan dan jangan mau diadu domba.

"Kita butuh pemimpin yang dapat membela umat. Oleh karena itu diperlukan satu kesatuan pendapat di antara ulama. Bila visinya satu, maka harus ada satu kata yang akhirnya akan ada tindakan. Itu yang kita harapkan," ujar Bachtiar.

Di tempat yang sama, Wagub Jabar, Uu Ruhanul Ulum yang hadir sebagai tamu undangan mengatakan, umat Islam masih gegap gempita dalam satu wilayah, tapi senyap dalam siyasah.

Dia memaparkan, ada 13 ribu Ponpes di Jabar. Jumlah umat Islam dulu 95 persen sekarang tinggal 85 persen.

"Seharusnya Islam juga masuk lewat siyasah, politik berbarengan dengan agama, insyaallah," tandasnya.