Kolektor Sriwijaya Hibahkan 60 Keramik Bersejarah ke Unsri

Wakil Dekan II FKIP Nyimas Aisyah damping Kajur PIPS, Hudaidah menerima secara simbolis hibah 60 artefak Sriwijaya dari Ibrahim Saad (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)
Wakil Dekan II FKIP Nyimas Aisyah damping Kajur PIPS, Hudaidah menerima secara simbolis hibah 60 artefak Sriwijaya dari Ibrahim Saad (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)

Sebanyak 60 keramik artefak Sriwijaya dihibahkan ke laboratorium pendidikan sejarah FKIP Unsri oleh Ibrahim Saad yang merupakan seorang kolektor.


Hibah itu diberikan saat acara  Kajian Sejarah Lokal Series yang berlangsung di Laboratorium Pendidikan Sejarah Kampus Ogan Palembang. Sabtu (3/2).

Dikatakan Ibrahim, ia mulai tertarik sejarah Kedatuan Sriwijaya saat mulai duduk di bangku SMA. Saat itu ia mendengar penjelasan dari seorang guru sejarah. Namun,karena narasi yang disampaikan guru belum lengkap ia pu mulai mencari tahu sendiri soal sejarah tersebut.

 “Ketika saya bekerja di Kementerian Keuangan DJPb KPPN Palembang tahun 1988 yang kantornya dekat dengan Pasar Cinde. Rasa penasaran begitu tinggi saya sering keliling di Pasar Cinde dan menemukan berbagai artefak Sriwijaya yang di jual di sana,” katanya.

Dengan kegigihan dan kecintaannya Ibrahim kemudian berusaha menemukan tangan pertama berbagai artefak yang dijual di Pasar Cinde.

Selanjutnya, ia banyak terhubung dengan para penyelam yang mencari emas di Sungai Musi. Di mana selain emas, mereka menemukan berbagai guci, keramik dan mata uang berbagai dinasti di Cina semasa Kedatuan Sriwijaya.

 “Akhirnya para penyelam tersebut tidak saja menjual dengan harga murah. Namun banyak memberi berbagai artefak itu secara gratis ke saya. Selama 1988 sampai 1993 akhirnya koleksi artefak tersebut pun bertambah banyak”, katanya.

Namun sejak 1994 hingga 1998 dia mengaku dimutasi tugas ke Lubuk Linggau. Sehingga usaha pengkoleksian dihentikan sementara.

 “Baru kemudian 1999 saya dipindahkan kembali ke Palembang. Sejak saat itu saya mencari dan mengumpulkan lagi berbagai artefak Sriwijaya. Namun saat ini karena para penyelam yang dulu berhubungan dengan saya sudah sepuh dan ada yang sudah meninggal saya kesulitan dalam mengoleksi. Selain itu tempat saya menampung berbagai koleksi tersebut sudah penuh. Disaat saya sudah pensiun saya kebingungan untuk menyimpan barang-barang yang saya kumpulkan. Saya yakin artefak tersebut sangat berharga untuk pembelajaran sejarah di kalangan generasi muda,” katanya.

Akhirnya, sebanyak 400 koleksinya dia sumbangkan ke Museum Negeri Sumatera Selatan. Selanjutnya, 60 koleksi artefak dihibahkan ke Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri.

 “Biar mahasiswa bisa mengkajinya,”ujarnya.

Sementara itu, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unsri Hudaidah menyampaikan terimakasih atas hibah 60 keramik artefak Sriwijaya tersebut. Menurutnya, hibah tersebut dapat membantu mahasiswa melakukan penelitian soal sejarah Sriwijaya lebih mendalam.


 “Artefak untuk pembelajaran sejarah di Sumatera Selatan ini cukup banyak. Karena sejarah Sumatera Selatan mulai dari masa Sriwijaya, Kesultanan Palembang, dan kolonial cukup panjang. Namun artefak ini membutuhkan ruang penyimpan, semisal laboratorium sejarah di sekolah. Jika guru sejarah di Sumatera Selatan memiliki inisiatif membuat laboratorium sejarah sekolah. Saya yakin berbagai temuan artefak di masa panjang sejarah Sumatera Selatan. Termasuk hibah para kolektor seperti Pak Haji Ibrahim. Dapat dikoleksi oleh laboratorium sejarah di sekolah-sekolah yang ada di Sumatera Selatan,”jelasnya.

Sedangkan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB)  Kota Palembang sekaligus dosen UIN Raden Fatah Palembang, Jumanah menambahkan, berdasarkan Undang-Undang No 11/2010 dan PP No 1/2022 tentang Cagar Budaya yang direlasikan dengan artefak sebagai sumber pembelajaran sejarah.

 “Cagar budaya ini adalah kekayaan budaya bangsa. Termasuk salah satunya artefak. Selain harus dilindungi. Berbagai cagar budaya dan artefak ini bisa menjadi sumber pembelajaran. Baik di perguruan tinggi maupun di sekolah. Kita TACB Kota Palembang saat ini terus mensertifikasi agar banyak situs, bangunan serta benda sejarah di Kota Palembang dapat dijadikan Cagar Budaya. Tahun ini ada 3 yang diusulkan Museum SMB II, Kantor Walikota Palembang, dan Rumah Jaksa di Talang Semut,” jelasnya.