Kenali Kisah dan Makna Lagu Indonesia Raya dari Tiga Stanza

Usia kemerdekaan Republik Indonesia sudah menginjak ke 76 tahun lamanya namun masih banyak yang belum mengetahui bahwa lagu "Indonesia Raya" memiliki 3 stanza. Selama ini kita hanya akrab dengan lagu  Indonesia Raya yang hanya dikumandangkan 1 stanza saja, seperti pada  upacara bendera disekolah ataupun acara resmi lainnya. 


Sejarah tentang lagu Indonesia Raya bermula ketika sang pencipta lagu tersebut, Wage Rudolf Soepratman atau biasa dikenal W.R. Soepratman tertantang melihat pengumuman di majalah Timboel terbitan Solo untuk membuat lagu kebangsaan.

Kemudian berlanjut ketika W.R Soepratman bertemu dengan Soegondo Djojopeospito. Kala itu W.R. Soepratman sedang meliput kegiatan Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928. 

Sebuah pertemuan dimana Soegondo meminta Soepratman agar lagu ciptaannya pada tahun 1924 dibawakan dalam acara Kongres Pemuda II atau yang biasa dikenal sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Lagu Indonesia Raya pun pertama kali dikumandangkan pada hari Sumpah Pemuda tersebut. Meskipun hanya dipedengarkan secara instrumental dengan biola. Lagu Indonesia Raya tetap membuat para hadirin terkagum. 

Lirik dari lagu "Indonesia Raya" pertama kali dipublikasikan melalui Surat Kabar tempat W.R. Soepratman bekerja, yakni Surat Kabar Sin Po edisi ke-10 November 1928.

 Lagu yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman ini memiliki 3 larik sajak yang berbeda ditiap stanzanya. Disetiap stanzanya pun memiliki maknanya masing-masing.

Pada Stanza pertama berfokus kepada lirik “Marilah kita berseru, Indonesia bersatu” yang menggambarkan semangat juang dan persatuan Indonesia. Sebab pada saat itu Indonesia belum merdeka.

Pada stanza pertama juga mengalami sedikit perubahan, berfokus pada lirik yg awalnya “bangunlah badannya, bangunla jiwanya” di ganti menjadi “bangunlah jiwanya, bangunla badannya”. Hal ini diusulkan oleh Soekarno yang berpendapat bahwa “tak akan bangun raga seseorang jika jiwanya tidak terlebih dahulu bangun, hanya seorang budak yang badannya bangkit namun jwanya tidak”.

Kemudian stanza kedua, makna berfokus pada lirik “marilah kita mendoa, Indonesia bahagia”. Sebuah kalimat yang menggambarkan landasan spiritual dengan mengajak agar mendoakan Indonesia agar selalu bahagia. Lirik kedua yang disoroti adalah “Sadarlah Budinya, Sadarlah hatinya”. Yang bermaksud agar masyarakat memiliki budi dan hati yang baik. 

Pada stanza terakhir juga menekankan pada lirik “marilah kita berjanji, Indonesia abadi”, yang bermaksud sumpah dari rakyat indonesia agar selalu menjaga Indonesia. Serta amanat agraria yang terdapat pada lirik “Selamatlah rakyatnya, selamatlah putranya, pulaunya, lautnya, semuanya”. 

Berikut lirik lagu Indonesia Raya 3 stanza yang diciptakan oleh WR Soepratman;

Stanza 1

Indonesia tanah airku,

Tanah tumpah darahku,

Disanalah aku berdiri,

Jadi pandu ibuku. 

Indonesia kebangsaanku,

Bangsa dan tanah airku,

Marilah kita berseru,

Indonesia bersatu. 

Hidupla tanahku,

Hidupla negriku,

Bangsaku, rakyatku, semuanya,

Bangunla jiwanya,

Banunglah badannya,

Untuk Indonesia raya. 

Stanza 2

Indonesia, tanah yang mulia,

Tanah kita yang kaya,

Disanalah aku berdiri,

Untuk selama-lamanya. 

Indonesia, tanah pusaka,

Pusaka kita semua,

Marilah kita mendoa,

Indonesia bahagia. 

Suburlah tanahnya,

Suburla jiwanya,

Bangsaku, rakyatku, semuanya,

Sadarlah hatinya,

Sadarlah budinya,

Untuk Indonesia raya. 

Stanza 3 

Indonesia, tanah yang suci,

Tanah kita yang sakti,

Disanalah aku berdiri,

Menjaga ibu sejati. 

Indonesia, tanah berseri,

Tanah yang aku sayangi,

Marilah kita berjanji,

Indonesia abadi. 

Selamatlah Rakyatnya,

Selamatlah putranya,

Pulaunya, lautnya, semuanya,

Majulah negerinya,

Majulah pandunya,

Untuk Indonesia raya.