Kemarau, Baku Mutu Air Sungai Musi Justru Lebih Baik

Kantor PDAM Tirta Musi Palembang. (ist/rmolsumsel.id)
Kantor PDAM Tirta Musi Palembang. (ist/rmolsumsel.id)

Tingkat turbidity atau kekeruhan Sungai Musi menjurus normal saat memasuki musim kemarau. Sebab ketika hujan, arus sungai akan membawa material lumpur maupun sampah yang ada di bagian hulu sungai.


“Saat musim kemarau, tingkat kekeruhannya menjurus ke normal atau lebih rendah ketimbang musim penghujan,” kata Direktur Tehnik PDAM Tirta Musi, Muhammad Azharudin saat dibincangi di kantornya, Senin (23/8).

Ia mengatakan, tingkat turbidity atau kekeruhan air Sungai Musi di saat kemarau hanya mencapai 200 ntu. Sementara saat penghujan, meningkat 500-1000 ntu. “Meski begitu, instalasi pengolahan tetap bisa bekerja di tingkat kekeruhannya yang tinggi. Jika kekeruhan air sudah terbilang ekstrem maka kita terpaksa mengurangi kapasitas produksi atau bisa juga menggunakan bahan kimia seperti ACH,” terangnya.

Alumunium Cloro Hydrate (ACH) merupakan  sekelompok garam aluminium spesifik yang memiliki rumus kimia umum AlnCl(3n-m)(OH)m. Aluminium klorohidrat biasanya dipakai  sebagai koagulan dalam pemurnian air.

“Sebetulnya ACH ini hampir mirip seperti tawas. Tapi sampai sekarang kita belum menggunakan ini, karena kondisinya belum sampai pada puncak kekeruhan ekstrem dan masih bisa diatasi dengan tawas. Sedangkan kadar yang direkomendasikan biasanya tergantung uji laboratorium,” bebernya.

Kemudian dia juga menginformasikan bahwa air baku Sungai Musi akan diuji kadar turbidity serta PH normalnya setiap jam sekali. “Sebelum melalui tahap penduistribusian, Air Baku akan melalui uji lab guna mengetahui kadar pH dan kekeruhan. pH stabil Sungai Musi normalnya di angka 6 untuk mempermudah produksi. Sedangkan untuk standard distribusi air harus mencapai pH 6,5 sampai 7. Namun apabila angkanya di bawah itu nantinya ada perawatan khusus, tapi sejauh ini rasanya belum pernah,” pungkasnya.