Kedai Kopi di Palembang Ini Usung Konsep Ngopi Literasi

Suasana kedai kopi Panche Hub Coffee and Art Space. Tumpukan buku tampak memenuhi rak yang ada di sudut kedai tersebut. (ist/rmolsumsel.id)
Suasana kedai kopi Panche Hub Coffee and Art Space. Tumpukan buku tampak memenuhi rak yang ada di sudut kedai tersebut. (ist/rmolsumsel.id)

Nongkrong di kedai kopi telah menjadi tren baru anak muda di Kota Palembang dalam beberapa tahun terakhir, Usaha kedai kopi ini banyak bermunculan dengan mengusung sejumlah konsep unik yang menjadi ciri khas.


Salah satunya Panche Hub Coffee and Art Space. Kedai kopi yang terletak di Jalan Rambutan No.20, Kecamatan Ilir Barat II memiliki mengusung konsep Ngopi Literasi. Desain kedai yang berdiri Desember 2020 lalu itu dirancang bukan sebagai tempat ngopi saja, tapi juga tempat berdiskusi dan membaca.

“Awalnya emang dibentuk untuk diskusi. Karena berkaca pada zaman saya kuliah dulu, kita suka susah cari tempat yang enak untuk bisa diskusi dan rapat. Jadi, disinilah wadahnya kawan-kawan berdiskusi dan sekaligus ngopi. Sering juga kawan-kawan penggiat literasi mengadakan diskusi disini,” kata Pemilik Kedai, Arada Emir Jordan saat dibincangi, Senin (8/11).

Pria berusia 24 tahun ini mengatakan, pihaknya menyiapkan perpustakaan khusus para pengunjung yang sengaja datang untuk ngopi. Ada ratusan buku yang Emir siapkan. Buku yang ia beli sendiri dan dari sumbangan teman-teman literasi yang membuat daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

“Buku yang saya siapkan itu awalnya memang sengaja saya beli sejak saya kuliah, dan masih sering beli juga sampai sekarang. Tapi, ada juga sumbangan dari kawan-kawan yang lain. Buku ini juga disiapkan untuk menumbuhkan minat baca sih, karena minat baca masyarakat saat ini cukup rendah,” tuturnya.

Alumni Politeknik Sriwijaya Jurusan Elektro itu berpendapat, budaya membaca sendiri penting untuk ditularkan ke masyarakat luas. Sebab, membaca bisa membuka wawasan. “Menangkal kemiskinan dengan tingkat kecerdasan. Dengan membaca, wawasan dan pengetahuan kita bertambah yang berujung kepada peningkatan intelektualitas kita,” bebernya.

Konsep yang diusungnya ini ternyata cukup berdampak terhadap tingkat pengunjung. Menurutnya, pengunjung kedai didominasi mahasiswa dan juga komunitas baca dan literasi di Kota Palembang. “Mereka jadi pelanggan tetap kedai ini. Sebagian bahkan sering menggelar diskusi maupun seminar kecil disini,” ungkapnya.

Ia berharap, kampanye membaca yang dilakukannya melalui konsep kedai kopi tersebut dapat meningkatkan budaya membaca masyarakat Kota Palembang. “Harapannya bisa meningkatkan budaya baca,” pungkasnya.