Jelang Kenaikan BBM Subsidi, Ketersediaan Pertalite di Muara Enim Semakin Langka

Suasana antrean panjang di SPBU di Muara Enim akibat kelangkaan Pertalite. (Noviansyah/rmolsumsel.id)
Suasana antrean panjang di SPBU di Muara Enim akibat kelangkaan Pertalite. (Noviansyah/rmolsumsel.id)

Pemerintah berencana menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite. Hal ini berdampak kepada kelangkaan Pertalite di beberapa SPBU di wilayah Muara Enim.


Akibatnya, warga pun harus mengantri hingga seharian untuk mendapatkan BBM subsidi jenis pertalite ini.

"Saya sudah 3 jam mengantri, karena di SPBU inilah harapan saya dapat sebab sudah tiga SPBU didatanginya semuanya habis dan tidak berjualan karena BBM nya belum datang," ujar salah satu warga Muara Enim Lukman (45) yang sehari-harinya sebagai sopir taksi Angdes, kepada kantor berita RMOLSumsel, Rabu (24/8).

Menurut Lukman, dirinya sudah mencari BBM jenis Pertalite untuk mengisi Angkutan Pedesaan (Angdes) miliknya ke beberapa SPBU mulai dari perbatasan Kabupaten Lahat (Merapi), SPBU Tanjung Enim, SPBU Muara Enim dan ternyata ada yang sudah habis dan ada juga yang minyaknya belum datang. Dan harapannya hanya tinggal di SPBU Muara Enim (Kepur) ini, jika tidak dapat lagi maka dipastikan dirinya tidak bisa menarik penumpang.

"Saya tidak tahu dapat tidak BBM nanti, jika tidak dapat karena habis terpaksa saya tidak naksi hari ini. Sebab biasanya kalau sudah mengantri berjam-jam pas giliran kita sering habis," ujarnya.

Masih dikatakan Lukman, bahwa pihaknya terpaksa antri BBM Pertalite karena dengan harga Pertalite saat ini untuk biaya operasional kendaraannya masih sesuai. Namun jika naik atau membeli BBM jenis Pertamax tentu untuk biaya operasional akan membengkak dan imbasnya kami akan menderita kerugian. 

Daripada rugi, kata dia, tentu lebih baik tidak naksi untuk mengurangi kerugian yang lebih besar lagi. Tapi jika tidak naksi keluarga mau makan apa. Jadi yang sengsara dan terkena imbasnya tetap masyarakat kecil.

"Saya berharap tidak ada kenaikan BBM. Dan jika tetap naik jangan terlalu tinggi pikirkan kami rakyat kecil. Sebab jika BBM naik otomatis kami akan menaikkan ongkos taksi, dan imbasnya ke masyarakat secara keseluruhan," harapnya.

Hal senada dikatakan salah seorang PNS Muara Enim Jerry Gunawan (56) warga Muara Enim, dirinya sudah 1,5 jam ikut antrian di SPBU Muara Enim untuk membeli BBM jenis Pertalite karena jika tidak diisi bisa menghambat untuk bekerja. Namun akibat antrian tersebut, tentu telah sangat menganggu pekerjaannya karena sudah menghabiskan waktu pada saat jam kerja.

"BBM ada di SPBU tidak menentu, jadi ketika terdengar ada kita terpaksa ikut mengantri, jika tidak kita tidak dapat minyak," pungkasnya.

Kedepan, Jerri berharap kepada pemerintah untuk benar-benar memberikan kuota sesuai dengan kebutuhan real suatu daerah dan melakukan pengawasan terhadap BBM mulai dari angkutannya hingga sampai di SPBU supaya tidak digunakan oleh pihak yang tidak berhak atau yang bisa merugikan orang lain. Dan jika ingin naik, pemerintah harus benar-benar mempertimbangkan dampaknya dan harus menjamin tidak ada lagi kelangkaan dan tarian membeli BBM di SPBU.

Sementara itu pengurus SPBU Talang Jawa Muara Enim, Prasetyo, untuk hari ini, pihaknya dikirim 8 ton Pertalite dan saat ini sudah habis, kalau Pertamax masih ada sekitar 7 ton. Namun untuk Dexlite sudah habis dan kita tidak menjual Solar. Kalau kita (SPBU) tergantung dari pengirim, berapapun BBM yang datang kita akan langsung jual sesuai aturan yang berlaku.

"Kita biasanya pesan 16 ton perhari untuk Pertalite, namun kadang-kadang hanya 8 ton. Kalau yang datang hanya 8 ton pasti kurang," ujarnya.

Sebelumnya, pemerintah berencana menaikkan harga BBM subsidi jenis pertalite dari semula Rp7.650 per liter diperkirakan menjadi Rp10.000 per liter. Tarif baru ini nantinya bakal diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Minggu ini.