Intip Rumah Pahlawan Nasional Mayjen dr AK Gani yang Sudah Jadi Museum

Tanggal 17 Agustus merupakan momen bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Karenanya Agustus menjadi momen mengenang para pahlawan nasional. Salah satu Pahlawan Nasional Indonesia berasal dari Palembang, di mana namanya diabadikan menjadi nama Rumah Sakit AK Gani.


Ya, nama AK Gani sendiri singkatan dari Adnan Kapau Gani. Pahlawan ini lahir di Pelambayan, Sumatera Barat (Sumbar) pada tanggal 16 September 1905. Namun ia telah menjadi pahlawan sekaligus bagian tak terpisahkan dengan Bumi Sriwijaya.

Guna mengingat dan mengenal sosok pahlawan satu ini, maka anak Pahlawan Nasional ini menjadikan rumah pribadi dr AK Gani di Jalan MP Mangkunegara Nomor 1 Sukamaju, Kecamatan Sako, Palembang, museum.

Rumah yang dibangun pada 1956 itu berdiri kokoh dan beralih fungsi menjadi museum sejak tahun 2004.

Letak museum tersebut tepat di belakang SPBU Jalan MP Mangkunegara dan berada di Komplek Perumahan Sultan Residence. Namun demikian, warga banyak yang tidak mengetahui keberadaan Museum Pahlawan Nasional dr AK Gani ini.

Saat datang ke lokasi, hal pertama yang dilihat pengunjung ialah satu unit mobil kuno Jeep berwarna hijau. Mobil bersejarah itu milik dr AK Gani. Meskipun kuno, mobil tersebut tampak tetap gagah terparkir di sisi kanan depan pagar.

"Keseluruhan luas Museum Pahlawan Nasional dr AK Gani Palembang sekitar 1/2 hektar yang isinya adalah barang-barang milik beliau mulai dari meniti karir hingga wafat," ujar Kepala Museum dr AK Gani GI Priyanti Gani, yang putri Pahlawan Nasional tersebut, Rabu (12/8/2020).

Saat melangkah ke ruang tamu Museum, pengunjung langsung melihat foto-foto sang Pejuang yang wafat pada 23 Desember 1968.

Di sebelah kanan dari pintu masuk, terpajang gagah patung dr AK Gani mengenakan baju putih, peci hitam dan selendang warna merah.

"Sesuai SK Wako Palembang tempat ini dilindungi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 sebagai cagar budaya. Museum Mayjen TNI DR AK Gani berlabel Cagar Budaya yang di bawah tanggung jawab Dinas Kebudayaan Pemerintah Kota Palembang," terang Priyanti.

Dr AK Gani sendiri dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 9 November 2007.

Pahlawan yang ikut berjuang dalam Perang Lima Hari Lima Malam ini, meninggalkan lebih dari 1.400 koleksi barang pribadi dia dan milik sang istri, seperti bintang jasa, penghargaan, piagam, surat menyurat, mesin ketik, peralatan kedokteran, kamera dan ratusan foto-foto perjuangan.

Hampir 16 tahun menjadi museum, semua arsip peninggalan Sang Pejuang Kemerdekaan Indonesia dari era 1928 hingga akhir hayat masih tersimpan. Namun sebagian foto tidak terawat karena tidak ada tempat untuk disimpan, dan sebagian di habis dimakan rayap.

"Museum dikelola Yayasan Hj RA Masturah AK Gani, biasanya pengunjung lebih banyak dari luar kota dibandingkan wisata lokal. Ada kurang lebih sebanyak 700 buku milik bapak," jelas Priyanti.

Priyanti menceritakan, alasan rumah pribadi ayahanda beralih fungsi menjadi Museum AK Gani, lantaran sang ibunda, Masturah, meminta agar semua peninggalan milik pria yang jadi Rektor Universitas Sriwijaya (Unsri) pada 1954 itu tetap tersimpan rapi dan tidak boleh dijual serta dipindahtangankan.

"Bapak itu luar biasa, selain tokoh militer, ia merupakan seorang dokter praktik, politisi, aktivis, jurnalis, seniman, dan negosiator," bebernya.

AK Gani menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923, lalu melanjutkan sekolahnya di AMS (setara SMA pada masa Belanda) hingga tahun 1928, lalu melanjutkan studinya ke Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundinge Hoge School/GHS) Jakarta.

AK Gani membutuhkan waktu 11 tahun untuk menuntaskan studi kedokterannya. Meski lama bersekolah, dia tak bergantung secara finansial kepada orangtuanya. Sejak merantau ke Batavia, AK Gani memiliki beragam pekerjaan untuk bertahan hidup, mulai dari makelar, wartawan, pemain teater hingga pemeran film.

Setelah menuntaskan pendidikan dokter, dia merantau ke Palembang dan membuka praktik kesehatan sembari aktif berpolitik. Setelah kemerdekaan RI, ia diangkat menjadi Kepala Pemerintahan Bangsa Indonesia untuk Keresidenan Palembang.

Dia sempat menjadi gubernur muda, lalu Gubernur Militer Sumatera Selatan dan akhirnya menjadi Wakil Kementerian Keamanan dan Pertahanan pada Kabinet Sjahrir III.

Tahun 1947-1948, ia ditunjuk menjadi Wakil Perdana Menteri Indonesia merangkap Menteri Kemakmuran.

AK Gani menghembuskan napas terakhirnya di RS RK Charitas, Palembang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang.[ida]