Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong hilirisasi dan keberlanjutan industri kelapa sawit yang dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai Net Zero Emission (NZE).
- PGN Jalin Sinergi dengan Kemenperin untuk Pemenuhan Kebutuhan Gas Bumi Kawasan Industri
- Sumbang Devisa USD 7 Miliar, Industri Pengolahan Karet Pacu Diversifikasi Produk
- Investasi Perusahaan Otomotif Jepang di Indonesia Tembus Rp116 Triliun
Baca Juga
Kemenperin berupaya mengembangkan industri hilir pengolahan sumber daya alam, serta menciptakan industri hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, mengungkapkan salah satu langkah nyata yang dilakukan yaitu dengan memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk menghasilkan produk bernilai tambah tinggi.
Putu menjelaskan, pengolahan TKKS sebagai sumber daya industri telah menjadikan TKKS naik kelas, dari yang sebelumnya dianggap sebagai limbah, menjadi produk samping yang mempunyai nilai ekonomis yang potensial.
“Dengan teknologi enzymatic, TKKS yang semula tidak diinginkan karena dapat menjadi tempat bertumbuhnya hama penyakit kelapa sawit, dapat diolah menjadi produk industri biokimia untuk substitusi impor, termasuk untuk produksi bioetanol, asam-asam organik, dan bahan kimia bernilai tambah lainnya,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (11/9).
Kemenperin, dalam hal ini memperkenalkan inovasi pengelolaan biomassa sawit yang mengembangkan teknologi fraksionasi TKKS menjadi aneka prekursor bahan kimia terbarukan, yaitu glukosa, xylosa, dan lignin.
Prekursor sendiri yaitu bahan baku dasar untuk menghasilkan aneka produk kimia berbasis nabati yang menjadi kunci penumbuhan hilirisasi industri.
Kemenperin, sambung Putu telah memiliki Pilot Plant Fraksionasi TKKS berkapasitas 1 Ton biomassa per hari untuk mendukung pertumbuhan industri bioetanol, industri asam organik, dan prekursor bioplastik/ biopolimer yang bernilai tambah tinggi.
Inovasi ini disebut tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi industri kelapa sawit, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca.
“Dengan mengolah biomassa sawit menjadi bahan baku yang berguna, kita tidak hanya menciptakan nilai tambah bagi industri kelapa sawit, tetapi juga mendukung upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, Inovasi ini sejalan dengan komitmen kita untuk menuju kebijakan industri yang berkelanjutan dan pro-lingkungan,” tuturnya.
Di sisi lain, sebagai komoditas yang berkomitmen mendukung pencapaian net zero emission pada sektor industri 2050, Roadmap Sawit Indonesia Emas 2045 juga telah dirancang dengan fokus untuk mengeliminasi emisi karbon dalam industri nasional.
- Dalam Waktu Dekat Pengemplang Pajak Sawit akan Setor Rp189 Triliun ke Negara
- CPO Melimpah, Aceh Berpeluang Punya Pabrik Minyak Goreng Sendiri
- Dua Petani di OKU Tertangkap Mencuri Buah Sawit Milik PT SBI