Hentikan Pembelian Batu Bara dari Rusia, Taiwan Pertimbangkan Pasar Lain Termasuk Indonesia

Pembangkit Listrik Linkou di Kota Taipei Baru mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara ultra-supercritical pertama di Taiwan/Net
Pembangkit Listrik Linkou di Kota Taipei Baru mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara ultra-supercritical pertama di Taiwan/Net

Perusahaan energi Taiwan Power Company (Taipower) akhirnya memutuskan untuk menghentikan pembelian batu bara dari Rusia.


Keputusan tersebut diambil setelah perusahaan mendapat kritik terus-menerus karena tetap membeli batu bara di tengah invasi Rusia ke Ukraina, meskipun kesepakatan pembelian sebenarnya sudah diambil sebelum konflik pecah pada Februari lalu.

Juru bicara Taipower Wu Chin-chung mengatakan pada Rabu (24/8) bahwa sebelum perang, perusahaannya telah menandatangani perjanjian pembelian untuk mendapatkan 1,16 juta ton batu bara dari Rusia seharga 280 juta dolar AS untuk tahun ini. Namun, Wu mengatakan bahwa pembayaran akhir sebesar 150 juta dolar AS telah dilakukan pada bulan Agustus.

Wu berjanji bahwa utilitas yang dikelola negara tidak akan melakukan pembelian batu bara lebih lanjut dari Rusia.

"Taipower berencana mengakuisisi batu bara dari negara lain seperti Indonesia, Australia, Kolombia, dan Afrika Selatan," kata Wu, seperti dikutip dari Taiwan News, Jumat (26/8).

Nikkei Asia melaporkan pada Selasa (23/8) bahwa Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan telah mengimpor batu bara, minyak, dan gas senilai total 5,5 miliar dolar AS dari Rusia mulai 24 Februari hingga 31 Juli.

Menurut Center for Research on Energy and Clear Air (CREA), dari impor ini, Taiwan menyumbang 1,2 miliar dolar AS, sementara Jepang mengimpor 2,6 miliar dolar AS dan Korea Selatan menghasilkan 1,7 miliar dolar AS.

Menurut pusat tersebut, pembelian bahan bakar fosil dari ketiga negara tersebut menggelontorkan 1 miliar dolar AS ke pundi-pundi Rusia selama periode tersebut.

"Ketika demokrasi Barat berusaha mendukung Ukraina dengan menghentikan pembelian bahan bakar fosil Rusia, negara-negara di Asia Timur pada dasarnya akan dibiarkan sebagai pembeli utama bahan bakar fosil Rusia," kata Lauri Myllyvirta, peneliti utama di CREA.