Harga Minyak Dunia Naik, Hulu Migas Sumbang Penerimaan Negara Rp62 Triliun di Triwulan I 2022

Ilustrasi pompa angguk sumur minyak. (Net/rmolsumsel.id)
Ilustrasi pompa angguk sumur minyak. (Net/rmolsumsel.id)

Kinerja sektor hulu migas Indonesia terdongkrak dengan terjadinya kenaikan harga minyak dunia di penghujung 2021 hingga awal 2022. Tercatat hingga triwulan I 2022, penerimaan negara dari sektor hulu migas mencapai USD4,36 miliar atau setara Rp62 triliun.


Jumlah tersebut sebesar 44 persen dari target penerimaan negara pada APBN 2022 yang ditetapkan USD9,95 miliar.

Selain faktor harga minyak dunia, penerimaan negara yang optimal juga berasal dari pembelanjaan barang/jasa dan kegiatan operasional lainnya yang dapat dilakukan secara efisien oleh Kontraktor Kontrak Kerja sama (KKKS). Adapun realisasi cost recovery sampai triwulan I 2022 mencapai USD1,39 miliar atau saat ini terealisasi 16 persen dari alokasi cost recovery yang mencapai USD8,65 miliar.

“Kami bersyukur di tengah kenaikan harga minyak dunia yang berimbas ke kenaikan beberapa biaya operasional, namun kami masih bisa melakukan efisiensi di beberapa hal seperti pengadaan rig pengeboran secara bersama dengan kontrak farm in mengurangi inventory peralatan dengan melakukan sinkronisasi kebutuhan setiap KKKS yang telah memberikan hasil yang positif, yaitu biaya yang efisien,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto pada konferensi pers capaian dan kinerja hulu migas kuartal pertama 2022, Jumat (22/4).

Dwi menyampaikan, dari keseluruhan hasil penjualan minyak dan gas yang mencapai USD9,42 miliar, dari jumlah tersebut distribusi penerimaan untuk negara mencapai USD4,36 miliar atau sebesar 46,3 persen, adapun yang menjadi bagian KKKS sebesar USD3,36 miliar atau sebesar 38,9 persen, sedangkan sisanya adalah cost recovery sebesar USD1,39 miliar atau sebesar 14,8 persen.

Menurut Dwi, meskipun biaya-biaya KKKS dapat dijaga untuk efisien, beberapa aktivitas utama hulu migas di triwulan I 2022 sudah melampaui capaian pada triwulan yang sama tahun lalu.

“Pada triwulan I, jumlah pengeboran sumur eksplorasi, sumur pengembangan, workover dan well service lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun 2021. Ini menunjukkan upaya koordinasi yang dilakukan oleh manajemen SKK Migas dengan melakukan kunjungan lapangan di awal tahun dan dilanjutkan koordinasi oleh fungsi terkait berjalan dengan baik,” ujar Dwi.

Berdasarkan data SKK Migas, pada triwulan I 2022, tercatat kegiatan pengeboran sumur eksplorasi sebanyak 5 sumur atau mencapai 125 persen dari raihan tahun lalu. Kemudian untuk pengeboran sumur pengembangan mencapai 162 sumur atau tercapai 213 persen. Untuk kegiatan workover mencapai 146 pekerjaan atau mencapai 102 persen, serta untuk well service mencapai 7.265 kegiatan atau mencapai 131 persen dibandingkan triwulan I tahun 2021.

Momentum harga minyak tinggi dapat berlangsung lebih lama karena kondisi pandemi yang menurun dan akibat invasi Rusia ke Ukraina sehingga harga rata-rata minyak Brent di Maret 2022 mencapai USD112,46 per barel. Diperkirakan harga rata-rata minyak dunia pada kurun waktu 2022-2023 akan berada di kisaran USD100 per barel.

“Kami terus berkoordinasi dengan KKKS untuk dapat segera merealisaikan program kerja lebih cepat. Langkah tersebut sebagai upaya mendorong peningkatan realiasi investasi yang pada triwulan I baru mencapai USD2,1 miliar. Agar momentum harga minyak yang tinggi dapat memberikan imbal hasil investasi dan keekonomian bagi KKKS yang lebih besar serta tentu saja pemasukan negara yang semakin tinggi,” terang Dwi.

Berdasarkan capaian pada triwulan I 2022, SKK Migas akan meningkatkan koordinasi dan mendorong KKKS untuk dapat segera merealisasikan program kerja untuk dapat mencapai target target jangka pendek 2022 dan menjadi fondasi bagi upaya pencapaian target jangka panjang di tahun 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barel perhari (BOPD) dan 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD).