Guru Non ASN Menjerit, Harga Beras Mahal

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Munir Arsyad/Ist
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Munir Arsyad/Ist

Menjelang bulan suci Ramadan 1445 Hijriah, harga-harga bahan pangan atau sembako terus meningkat.


Menanggapi hal ini, Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Munir Arsyad mengaku banyak menerima keluhan guru-guru non aparatur sipil negara (ASN) karena harga beras yang semakin mahal.

Menurut Munir, kenaikan harga beras yang tak terkendali itu mengancam dapur rumah tangga para guru non ASN di Jakarta.

“Soal harga beras ini, guru-guru non ASN di DKI ini pada menjerit. Beras yang biasanya 5 kg Rp60 ribu, sekarang sudah lebih dari Rp90 ribu," kata Munir dikutip Rabu (6/3).

Setiap hari, ungkap dia, selalu menerima keluhan guru non ASN terkait harga beras. Untuk menyiasati agar tetap bisa makan bersama keluarga, para guru membeli beras murah atau beras campuran.

“Ini cerita dari guru-guru nih ke saya. Udah mahal, berasnya aneh. Nggak bagus. Pagi dimasak, malam udah basi. Itu harga dari pasaran. Itulah jeritan masyarakat,” kata Munir.

Jeritan hati guru non ASN soal harga beras mahal itu, sambung Munir, seolah bertolak belakang dengan bayangan semu tentang kesejahteraan masyarakat Jakarta.

Masyarakat daerah lain selalu beranggapan bahwa warga Jakarta sudah di posisi tingkat kesejahteraan yang baik.

Karena itu dia meminta Pemprov DKI segera berupaya menstabilkan harga beras di pasaran.

“Kalau Jakarta itu barometer kesejahteraan, ayo dong sejahterakan dulu rakyatnya. Minimal urusan perutnya terpenuhi dengan mudah dan murah. Kalau di Jakarta guru-guru non ASN dan ibu-ibu menjerit, gimana di daerah lain,” pungkas Munir.