Galang Kesadaran Kaum Muda, Bentuk Forest Guardian di Empat Provinsi

Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK) di Hotel Batiqa. (ist/rmolsumsel.id)
Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK) di Hotel Batiqa. (ist/rmolsumsel.id)

Pelestarian kawasan hutan di Sumsel tak bisa lepas dari peran anak muda. Mereka memiliki sumber daya yang cukup dalam memantau, menginformasikan dan mengedukasi masyarakat terkait ancaman keberlangsungan hutan maupun dampak-dampak yang terjadi dari pengrusakan. 


Atas dasar itulah, Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK) Sumsel menggalang 40 anak muda untuk bergabung menjadi relawan Forest Guardian. Mereka berasal dari empat provinsi yang menjadi lokasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Seperti Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. 

Ketua JPIK Sumsel, Rian Saputra mengatakan, kondisi TNKS saat ini rentan terhadap pengrusakan akibat aktivitas illegal logging maupun perambahan hasil hutan oleh oknum tak bertanggung jawab. Nantinya, skuad Forrest Guardian akan memantau perkembangan terupdate mengenai kondisi dari TNKS. 

"Pemantauan tersebut dilakukan secara berkala. Sehingga, kita mendapatkan data terkini mengenai kondisi TNKS," kata Rian dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Senin (18/12). 

Dia mengatakan, Forrest Guardian juga membantu melakukan kampanye pentingnya pelestarian kawasan hutan kepada masyarakat. Sehingga, timbul kesadaran dari masyarakat untuk sama-sama menjaga kawasan hutan yang sudah mengalami kerusakan saat ini. 

"Kita tidak bisa pungkiri, bahwa kondisi kawasan hutan saat ini sudah mengalami kerusakan. Nah, kita tidak ingin kedepannya kondisinya semakin parah," ucapnya. 

Rian menjelaskan, keterlibatan anak muda dalam kampanye kelestarian kawasan hutan menjadi langkah yang efektif. Sebab, mereka saat ini lebih menguasai perangkat maupun pola kampanye yang efektif untuk disebarkan ke masyarakat. 

"Kreativitas anak muda ini yang dibutuhkan agar kampanye pelestarian kawasan hutan bisa lebih efektif," tuturnya. 

Sementara itu, Staf Bagian Perencanaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Abdul Halil mengatakan, pelestarian kawasan hutan saat ini menjadi penting lantaran sebagai habitat satwa yang dilindungi. Seperti harimau dan gajah Sumatera. 

Di Sumsel, ada delapan peta kantong habitat gajah sumatera di wilayah kawasan hutan konservasi seluas 1.768.692 hektare. Begitu juga delapan kantong habitat harimau seluas 1.859.495 hektare. 

Terhadap kantong habitat tersebut, petugas BKSDA rutin melakukan sosialisasi kepada warga sekitar mengenai lokasi-lokasi yang dilintasi harimau dan gajah. 

"Ancaman paling utama dari kelestarian gajah dan harimau Sumatera ini adalah interaksi negatif manusia dan satwa. Sehingga, hal inilah yang terus kami sosialisasikan agar masyarakat di sekitar kantong habitat tidak melakukan aktivitas di kawasan tersebut," ucapnya. 

Upaya konservasi tidak dilakukan sendiri. BKSDA Sumsel menggandeng tim dari Universitas Sriwijaya untuk melakukan kajian genetik. 

"Begitupun dengan beberapa kelompok pelestari lingkungan. Kami memasang plang atau signboard terkait hewan-hewan liar di koridor kantong habitat," pungkasnya.