"Ero" dan "Jalu" Sabet Penghargaan HFA APAC

RMOL. Dua sineas Indonesia masuk 10 Besar Huawei Film Awards (HFA) Asia Pasifik. Keduanya adalah Film Pendek bertajuk “Ero” karya mahasiswa London School of Public Relations (LSPR ) Jakarta; dan Juhendi dengan judul film “JALU”.

Keduanya mendapat apresiasi Top 10 Konten Kreator Huawei Film Awards, dan Jalu menjadi Film Terbaik untuk Tingkat Indonesia.


Untuk tingkat Asia Pacific (APAC), Tan Wei Lun dari Singapura dengan judul film Thief berhasil menyabet penghargaan APAC Best Film dan APAC Best Director. Sementara APAC Best Actor dan APAC Best Cinematography dimenangkan oleh Vasavas Bhangsa-ard dengan film Arbeit Macht Frei (Thailand).

Huawei Film Awards (HFA) sebagai ajang kompetisi pembuatan film pendek yang berlangsung sejak akhir 2019 sampai Februari 2020. Karya-karya terbaik peserta diumumkan Huawei Indonesia dan LPRS di Jakarta, Kamis (5/3/2020)..

Bertema Empowering Your Possibilities, HFA telah menerima 117 karya film pendek yang direkam menggunakan smartphone Huawei dari berbagai kreator dan sineas di Asia Pasifik, termasuk 2 hasil karya dari Indonesia yang berhasil memasuki 10 besar.

Lo Khing Seng, Deputy Country Head Huawei Consumer Business Group Indonesia, mengungkapkan apresiasinya atas antusiasme para peserta dari Indonesia yang telah mengikuti ajang ini.

“Saat ini kita berada di era di mana perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor penting dalam mengasah kreatifitas, salah satunya dalam bidang
sinematografi," katanya.

Oleh karena itu, Huawei melalui HUAWEI Film Awards hadir sebagai platform bagi para customer untuk menampilkan karya terbaiknya, dan kami percaya karya dari kreator Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni untuk bersaing di tingkat internasional.

Syaifullah, Direktur Industri Film, Televisi dan Animasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan banyak talenta muda di Indonesia yang memiliki potensi untuk bersaing di kancah internasional.

Kompetisi ini menunjukkan karya dapat diciptakan melalui medium yang sederhana, seperti smartphone karena kuncinya adalah kreativitas dari individu itu sediri.

Andre Ikhsano sebagai Rektor LSPR Communication & Business Institute mengatakan ajang yang diselenggarakan Huawei dapat menjadi langkah awal bagi para talenta-talenta muda untuk mengembangkan diri sehingga nantinya mampu mendukung perfilman Indonesia. “Dimulai dari film-film pendek sederhana ini, siapa tahu nantinya mereka dapat membuat karya yang mampu bersaing di bioskop. Sudah banyak teknologi yang memudahkan saat ini salah satunya dengn smartphone,” jelas Andre.

Hanung Bramantyo yang merupakan salah satu sutradara film ternama mengatakan kedua film pendek ini mampu mengangkat dengan baik kearifan lokal di indonesia dengan caranya masing-masing dan menunjukkan inspirasi dapat hadir dari lingkungan sekitar kita.

Salah satu smartphone Huawei yang dapat mendukung kebutuhan sinematografi adalah Huawei Mate 30 Pro. Perangkat ini dilengkapi dengan 40MP Cine Camera, 40MP SuperSensing Camera, 8 MP Lensa Telephoto, serta 3D TOF Camera.[ida]