Mengikuti jejak perusahaan fintech yang telah sukses, kini dua bank di Indonesia, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), berencana untuk memasuki bisnis paylater.
- Baru Tiga Manajemen Ajukan Proposal Pembukaan Bioskop
- Imbas Shanghai Lockdown, Miliarder China Ini Kesulitan Cari Roti dan Susu
- Rayakan Hari Pelanggan, Pertamina Tawarkan Diskon dan Promo Menarik Melalui Aplikasi MyPertamina
Baca Juga
Namun, perkembangan ini telah memunculkan kekhawatiran bahwa langkah bank ini dapat mengancam bisnis paylater yang sudah ada sebelumnya dan mengurangi kepercayaan nasabah terhadap sektor perbankan.
Ekonom dan Direktur Center of Law and Economic Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengungkapkan bahwa masuknya perbankan ke dalam bisnis paylater memiliki potensi menjadi game changer dan menjadi ancaman serius.
"Sebab, infrastruktur keuangan digital perbankan sudah cukup lengkap dan perbankan dianggap sebagai institusi yang lebih dipercaya oleh masyarakat," ungkapnya.
Selain itu, Bhima menyoroti keunggulan perbankan dalam hal memiliki nasabah tetap dengan jumlah yang besar, yang dapat memungkinkan mereka merebut pasar perusahaan fintech jika benar-benar masuk ke bisnis paylater.
"Perbankan juga memiliki peluang untuk mengambil pangsa pasar dari calon debitur baru yang sebelumnya ingin mencoba fintech paylater, namun tidak menutup kemungkinan mereka akan beralih ke layanan paylater dari perbankan," jelasnya.
Bhima juga menyoroti jumlah pedagang (merchant) yang dimiliki oleh perbankan. Seperti halnya dengan nasabah, pedagang juga dapat mengajukan pembelian bahan baku atau modal kerja jangka pendek ke layanan paylater dari perbankan.
"Ekosistem ini harus diantisipasi oleh fintech paylater," ujar Bhima.
Oleh karena itu, Bhima menganjurkan agar perusahaan fintech paylater menjalin kerjasama terutama dengan toko offline atau pedagang offline. Kerjasama ini dapat didukung dengan promo, diskon, dan proses pengajuan yang mudah.
"Fintech paylater juga dapat menjalin kemitraan dengan platform e-commerce untuk saling berkolaborasi, termasuk dalam hal diskon. Dengan cara ini, pelanggan dapat membeli barang dan membayarnya nanti menggunakan layanan paylater dengan mendapatkan diskon," ungkapnya.
Bagi perbankan, Bhima menyarankan agar mereka memiliki manajemen risiko yang baik, sistem "Know Your Customer" (KYC) yang lebih rinci, dan perlu mengedukasi calon debitur mereka agar tidak menimbulkan permasalahan di masa depan.
- Biayai Proyek PLTU Sumsel 8, Bank Mandiri Tuai Protes dari Kalangan Aktivis
- Palembang Icon dan Bank Mandiri Luncurkan Program Belanja Berhadiah Motor dan Cincin Berlian
- Mandiri Siapkan Uang Tunai Rp31 Triliun untuk Lebaran 2024