Dipicu Perebutan Kekuasaan, Perkelahian Antargeng di Penjara Ekuador Tewaskan 68 Tahanan

Seorang tentara menutup pintu masuk penjara setelah puluhan tahanan tewas dan terluka dalam kekerasan di penjara Penitenciaria del Litoral, Guayaquil, Ekuador, Sabtu (13/11). (Reuters/Santiago Arcos/rmolsumsel.id)
Seorang tentara menutup pintu masuk penjara setelah puluhan tahanan tewas dan terluka dalam kekerasan di penjara Penitenciaria del Litoral, Guayaquil, Ekuador, Sabtu (13/11). (Reuters/Santiago Arcos/rmolsumsel.id)

Diduga karena perselisihan antargeng penyelundup narkoba mengakibatkan perkelahian berdarah di penjara Penitenciaria del Litoral, Ekuador, Jumat malam (12/11) waktu setempat. Akibat kekerasan itu sedikitnya 68 tahanan tewas dan puluhan lainnya terluka.


Peristiwa kekerasan di penjara yang terletak di kota selatan Guayaquil ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada akhir September lalu, tercatat 119 narapidana tewas dalam insiden kekerasan yang menjadi catatan terburuk di sejarah Ekuador.

Dilansir dari Reuters, puluhan orang berkumpul di luar penjara pada Sabtu sore menunggu kabar dari orang-orang terkasih, yang banyak dikatakan tidak terdengar kabarnya sejak Jumat sore.

Cristina Monserrat (58) masih menunggu kabar dari adiknya yang telah dipenjara selama satu tahun.

“Apa yang terjadi di dalam adalah tercela, orang saling membunuh dan yang paling menyedihkan adalah mereka tidak memiliki hati nurani,” kata Monserrat. 

Monserrat pun meminta Presiden Guillermo Lasso membenahi kondisi tidak layak yang ada di dalam penjara. Sistem penjara Ekuador telah mendapat sorotan tajam dalam beberapa tahun terakhir karena kepadatan tahanan dan kondisi sanitasi yang sangat buruk.

Lasso pada kerusuhan bulan September mendeklarasikan keadaan darurat 60 hari dalam sistem penjara, yang membebaskan dana pemerintah dan memungkinkan bantuan militer untuk mengendalikan penjara.

Pada hari Sabtu, Presiden Lasso telah meminta pengadilan konstitusi untuk mengizinkan militer memasuki penjara, alih-alih hanya memberikan keamanan di luar. Pengadilan menanggapi dalam sebuah pernyataan bahwa solusi untuk krisis penjara akan membutuhkan lebih dari tindakan darurat sementara.

Pemerintah Ekuador mengklaim situasi di penjara telah dapat dikendalikan pada Sabtu malam. Bahkan Pemerintah juga bergerak cepat dengan langsung mengadakan pertemuan bersama kelompok-kelompok hak asasi manusia dan PBB untuk menangani situasi tersebut.

Gubernur Provinsi Guayas, Pablo Arosemena mengatakan, perkelahian antargeng diduga dipicu oleh kekosongan kekuasaan menyusul pembebasan seorang pemimpin geng.

“Konteks situasi ini tidak ada pimpinan komplotan yang memiliki blok sel ini karena beberapa hari lalu napi itu dibebaskan,” kata Arosemena pada konferensi pers pada hari pertama insiden terjadi.

“Blok sel lain dengan kelompok lain ingin mengendalikan mereka, masuk ke dalam dan melakukan pembantaian total,” imbuhnya.