Etika Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menjadi sorotan lantaran dinilai mengolok-olok Cawapres Mahfud MD dalam debat terakhir yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada MInggu (21/11).
- Debat Terakhir Pilkada Pagar Alam Dinilai Kurang Menyentuh Isu Penting Masyarakat
- Debat Kedua Pilkada Lubuklinggau 2024 Diundur, Berikut Tanggal Waktu dan Tempat
- Respons Herman Deru Saat Cik Ujang Kesulitan di Debat Kedua
Baca Juga
Pengamat Politik Sumatera Selatan Bagindo Togar menilai, selama debat berlangsung Mahfud MD menguasai seluruh tema yang diberikan oleh panelis. Namun sebaliknya, Gibran malah menunjukkan kurangnya nilai beretika saat mengolok-olok Mahfud MD.
“Kita banyak anak pejabat yang tahu akan etika, etika kesantunan, etika menghargai yang tua , yang lebih berpengalaman dan berintelektual, komunikasi verbal dan komunikasi lisannya saya tidak lazim lah untuk malam ini dan saya menilai malam ini adalah malamnya pak Mahfud menurut saya , subjektif ya, pak Mahfud angkanya 9, ,” kata Togar.
Ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) Capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Mahfud MD Provinsi Sumsel, Yahya Maya Sakti berpendapat, bahwa Mahfud MD menjawab berdasarkan pengalaman lantaran seorang professor, ahli.
“Makanya tadi pak Mahfud bilang enggak bisa menjawab pertanyaan yang receh-receh , karena disini debat untuk Cawapres dan Capres , bagaimana mau menjawab tantangan zaman kalau enggak mengerti apa makna debat itu , gesture tubuh tadi (Gibran) memang tidak ada etika, jadi memang acara yang sakral dibegitukan memang agak aneh ,” katanya.
Sebelumnya, Cawapres Nomor Urut 2 Gibran Rakabuming Raka memamerkan gimmick seolah sedang mencari sesuatu. Namun, ia ternyata menyebut jawaban Mahfud MD tidak tidak menjawab pertanyaannya.
“Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud, saya nyari-nyari dimana ini jawabannya? Kok gak ketemu jawabannya. Saya tanya masalah inflasi hijau, kok malah menjelaskan ekonomi hijau, Prof Mahfud yang namanya greenflation itu, inflasi hijau itu ya kita kasih contoh yang simpel saja,” kata Gibran.
“Demo rompi kuning di Prancis, bahaya sekali, sudah memakan korban. Nah ini harus kita antisipasi, jangan sampai terjadi di Indonesia, kita belajar dari negara maju, negara maju saja masih ada tantangan-tantangannya,” beber Gibran.
“Intinya, transisi menuju energi hijau itu musti super hati-hati. Jangan sampai membebankan RnD yang mahal, proses transisi yang mahal ini kepada masyarakat, pada rakyat kecil, itu maksud saya inflasi hijau,” sambung putra sulung Joko Widodo itu.
- Didukung saat Pilpres, Ganjar-Mahfud Kehilangan Bunda Iffet
- Sikap Kontras Putra Mahkota Keraton Solo dengan Gibran
- Mahfud MD Desak Kasus Pemagaran Laut Diproses Pidana