Dampak Perubahan Iklim, 53 Danau dan Waduk Dunia Alami Penyusutan

Kondisi kekeringan danau. (ilustrasi/net)
Kondisi kekeringan danau. (ilustrasi/net)

Perubahan iklim terus menjadi perhatian internasional karena dampaknya yang signifikan pada kelangsungan hidup manusia.


Sebuah studi yang dirilis para ilmuwan dari University of Virginia mengungkap 53 persen danau dan waduk besar di dunia mengalami penyusutan pada volume air, bahkan mengering akibat perubahan iklim sejak 1992 hingga 2020.

Salah satu ahli hidrologi dalam penelitian tersebut, Fangfang Yao, menjelaskan penurunan debit danau dunia didorong oleh pemanasan iklim dan pola konsumsi manusia yang berlebih.

"Penggunaan air yang tidak berkelanjutan, perubahan curah hujan dan limpasan, sedimentasi, dan kenaikan suhu telah menurunkan permukaan danau secara global," jelasnya, seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (19/5).

Yao mencatat, selama tiga dekade terakhir, air tawar paling penting di dunia yakni dari Laut Kaspia antara Eropa dan Asia hingga Danau Titicaca di Amerika Selatan telah kehilangan air dengan laju kumulatif sekitar 22 gigaton per tahun.

"Jumlahnya itu sekitar 17 kali volume Danau Mead, waduk terbesar di Amerika Serikat," kata Yao.

Danau yang ada di Laut Aral di Asia Tengah dan Laut Mati di Timur Tengah, disebut Yao mengering karena pola konsumsi manusia yang berlebihan.

Sementara danau di Afghanistan, Mesir, dan Mongolia, surut karena mengalami kenaikan suhu yang menyulitkan air menguap ke atmosfer.

Laporan tersebut telah meningkatkan kekhawatiran masyarakat tentang ancaman kelangkaan air yang sangat dibutuhkan untuk konsumsi manusia, energi listrik hingga pertanian.

Ilmuwan dan para aktivis telah lama mendorong pencegahan pemanasan global melebihi 1,5 derajat Celcius untuk menghindari konsekuensi perubahan iklim yang paling dahsyat.

Saat ini bumi sudah memanas dengan laju sekitar 1,1 derajat celcius, dan jika tetap dibiarkan, kelangsungan hidup manusia akan terganggu.