Dampak Pandemi Covid-19 Bikin Petani Salak di Pagaralam Menjerit 

Pasangan Suyoni dan Samina petani Salak Pondoh di Pagaralam Utara/Yosep Indra Praja/rmolsumsel.id
Pasangan Suyoni dan Samina petani Salak Pondoh di Pagaralam Utara/Yosep Indra Praja/rmolsumsel.id

Pandemi Covid-19 dua tahun terakhir berdampak serius terhadap kunjungan wisatawan di Kota Pagaralam Provinsi Sumatera Selatan. Hal itulah yang dirasakan pasangan Suyoni dan Samina petani Salak Pondoh di Desa Bedeng Kresek Kecamatan Pagaralam Utara Kota Pagaralam.


Selama dua tahun terakhir pendapatan menurun drastis lantaran pandemi Covid-19 yang berdampak sepinya pengunjung di Kebun Salak garapannya. Ya, selama ini Suyoni dan Samina mengandalkan konsep agrowisata dengan memanjakan pengunjung memetik buah salak dari pohonnya. 

Pengunjung pun dibebaskan untuk memetik dan makan salak sepuasnya. Jika ingin membawa pulang untuk oleh-oleh, pengunjung pun bisa membeli salak segar dengan harga standar. Pada dasarnya wisata kebun salak ini untuk mendukung Agrowisata. Tetapi karena di sepinya wisatawan akibat pandemi covid-19 membuat kebun kurang terawat dan sepi pengunjung.

"Sebelum pandemi sebelumnya kebun kita ini banyak sekali pengunjung dari daerah lain yang datang memetik salak dari pohonnya. Setelah itu ditimbang untuk dibawa pulang," kata Samina ketika dibincangi Kantor Berita RMOL Sumsel, Sabtu (25/9).

"Kita hanya mematok harga Rp15.000 sekilo salak dan pengunjung bisa makan atau mencicipi sepuasnya disini," tambahnya.

Lebih lanjut dia mengatakan sebelumnya Suyoni dan Samina bisa memanen salak hingga 400 Kilogram perbulan. Namun dua tahun terakhir produksi salak dari kebunnya menurun drastis karena sepi pembeli karena minimnya pengunjung. 

"Kalau dulu biasanya bisa sampai 400 Kilogram sebulan tapi sekarang bisa panen 100 Kilogram juga sudah bersyukur. Karena banyak yang busuk juga hingga tak bisa dimakan karena sepi pengunjung," jelasnya.

Selama ini konsep agrowisata di Pagaralam ini dinilai cukup menjanjikan hal itulah yang membuat keduanya menjaga kualitas buah salak sehingga banyak diminati pengunjung. "Kualitasnya kami jaga jadi banyak sekali yang menginginkan memetik salak dari pohon, disamping segar dan buahnya juga manis," kata dia.

Dia berharap pemerintah juga memperhatikan nasib para petani seperti mereka yang terimbas dari pandemi covid-19. "Kita ingin sekali pemerintah membantu kami yang sangat terdampak dari covid-19. Apalagi kebun garapan ini juga punya orang lain dengan sistem bagi hasil. Kalau kondisi seperti sekarang tentu sangat sulit bisa bertahan saja sudah bagus," pungkasnya.