Covid-19 Mengakibatkan Negara dalam Kondisi Dilematis

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan bahwa pandemik virus corona baru atau Covid-19 merupakan hal baru bagi Indonesia, bahkan dunia. Karena itu, ada beberapa formula untuk mengatasi Covid-19 berikut dampak yang ditimbulkannya.


Sebab, ini adalah murni krisis kesehatan yang harus diatasi secara kolektif oleh semua pihak, tidak hanya pemerintah. Termasuk organisasi nonpemerintah seperti Pemuda Muhammadiyah dan organisasi masyarakat sipil lainnya.

"Pandemik ini adalah wabah terluas dalam sejarah Indonesia modern sejak tahun 1945. Kita pernah ada malaria, demam berdarah, typus, dan lain sebagainya. Tapi belum pernah terjadi ada wabah di 34 provinsi seluruh Indonesia dan lebih dari hampir 300 daerah tingkat 1 dan 2 sudah terpapar," ujar Tito Karnavian saat mengisi diskusi daring yang digelar PP Pemuda Muhammadiyah, Sabtu (2/5). VDO.AI

"Ini sesuatu yang baru. Inilah suatu krisis kesehatan," tegasnya. Karena itu, kata Tito Karnavian, harus ada kerja sama dari semua elemen masyarakat untuk bersama menghadapi Covid-19 ini. Sebab, negara di seluruh dunia tengah berupaya membendung penyebaran penularannya dari virus yang berdampak sistemik (domino) yang membuat ekonomi dan berpotensi krisis ekonomi ini.

"Kenapa? Karena pendapatan negara baik dari pajak maupun nonpajak, semua menjadi tidak tepat dan tidak mencapai target. Karena industrinya dan usaha-usaha ekonomi lainnya banyak yang terhenti dan terhambat," kata Tito Karnavian.

Atas dasar itu, lanjut mantan Kapolri ini, negara dalam posisi yang dilematis dalam menyikapi pandemik Covid-19 yang baru pertama kali terjadi di dunia ini. Satu sisi, negara harus mengedepankan kesehatan publik. Sementara di sisi yang lain juga dituntut harus mempertahankan ekonomi, agar kesehatan warganya tetap terjamin dengan ekonomi yang tetap harus berjalan.

"Kalau seandainya kesehatan publik diutamakan dapat mengorbankan kemampuan survive ekonomi. Dan, ketika ekonomi jatuh, jatuhnya sangat dalam, sulit untuk dicover, maka otomatis kemampuan untuk menjaga kesehatan publik itu juga akan menjadi berkurang," tuturnya

"Sebaliknya kalau seandainya mengedepankan ekonomi maka akan mengorbankan kesehatan publik ini adalah semacam zero some gift, yang ini akan mengurangi yang lainnya. Oleh karena itu harus dicari keseimbangan, antara kesehatan publik tetap harus diutamakan tapi ekonomi juga jangan sampai mati. Ekonomi melamban, tapi tetap harus survive," demikian Tito Karnavian.[id]