Covid-19 Malaysia dan Singapura Tinggi, tapi Soal Kematian Indonesia Lebih Mengkhawatirkan

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban/Net
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban/Net

Kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia punya tingkatan yang lebih baik jika dibandingkan negara tetangga terdekat di wilayah Asia Tenggara, seperti Singapura dan Malaysia.


"Penduduk Singapura hanya 5,9 juta, namun kasus hariannya di atas 4 ribu. Malaysia juga tinggi, padahal penduduknya jauh di bawah kita (Indonesia). Jumlah kasus hariannya (di Malaysia) jauh di atas kita, sekitar 4 ribu lebih," urai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (6/5).

Meski angka kasus baru Covid-19 tidak lebih tinggi dari dua negara tetangga tersebut, Prof Berry, sapaannya, punya satu catatan penting untuk pemerintah, yaitu soal angka kematian pasien Covid-19 Indonesia yang tinggi.

"Yang menjadi kekhawatiran saya, kematian di Indonesia lumayan tinggi. Bahkan tanggal 4 (Mei), angka kematian Indonesia 32 orang. Di Rusia, tanggal 3 (Mei) 33 kasus (angka kematian) namun 4 (Mei) Rusia sama dengan kita, 32 (kasus) yang meninggal," sambungProf Berry.

Di sisi lain, ia menyebut angka kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia sudah terjadi sebelum momentum Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah. Maka dari itu, Prof Berry memastikan kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia sebab utamanya bukan karena ada mobilisasi massa di saat lebaran.

"Lebaran salah satu faktor naik, iya, namun bukan satu-satunya. Karena faktor penting lainnya adalah adanya varian baru, Arcturus yang terbukti sangat mudah menular. Walaupun gejalanya tidak berat," tutup Prof Berry.