Cerita Pengrajin Kain Jumputan Khas Palembang, Tetap Produksi Walau Sepi Pembeli

Pemilik Gerai Jumputan Nadia Collection, Ma'ruf. (ist/rmolsumsel.id)
Pemilik Gerai Jumputan Nadia Collection, Ma'ruf. (ist/rmolsumsel.id)

Pandemi COVID-19 berdampak luas bagi perekonomian Indonesia. Meskipun begitu, banyak pelaku usaha yang tetap bertahan di tengah pandemi, salah satunya para pengrajin kain jumputan khas Palembang yang berada di Kawasan Tuan Kentang, Seberang Ulu I. 


Salah satunya Ma'ruf, pemilik Gerai Jumputan Nadia Collection ini menceritakan, pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia, khususnya Kota Palembang, sangat mempengaruhi daya jual kain jumputan yang ia produksi.

“Kalau penjualan saat COVID-19 ini orang-orang tidak ramai dateng kesini seperti sebelum adanya COVID-19, jadi pesanan menurun drastis,” keluhnya.

Ia mengatakan untuk produksi sendiri, Ma’ruf mengambil bahan kain dari Jakarta, Bandung, dan Pekalongan. Ia memakai kain katun, sebab harga sutra sudah melambung tinggi.

“Kita pakai bahan katun, karena kain sutra sudah melambung tinggi harganya. Dulu hanya Rp 17 ribu harganya, sekarang sudah Rp 100 ribu. Jadi kita pakai katun saja,” ujarnya.

Ma’ruf menambahkan, Ia harus tetap membuat Jumputan meski ada atau tidak ada pesanan. "Untuk produksi, kita tetap buat selama pandemi,” tambahnya.

Tak hanya itu, Ma’ruf yang sudah mendirikan tokonya sejak tahun 1993 ini juga mengatakan sebelum pandemi, tokonya kerap kali diajak untuk memperkenalkan Jumputan ke kota-kota lain.

“Sebelum pandemi, kita sering dikut sertakan dalam pameran ke Jakarta atau dalam ulangtahun kota-kota tertentu, tapi sekarang tidak ada,” pungkasnya.