Seni merawat pohon dalam pot kecil kini tak lagi sekadar hobi eksklusif. Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Cabang Palembang mengubah cara pandang itu lewat Pameran dan Kontes Bonsai Lokal Terbuka 2025 yang mengangkat tema “Sriwijaya Berseni dan Berkarya Bersama”.
Acara yang digelar pada 25–30 Mei di halaman Gedung DPRD Provinsi Sumatera Selatan, Palembang, ini tak hanya memamerkan keindahan bonsai dari ratusan peserta, tetapi juga menjadi momentum untuk membuktikan bahwa bonsai punya nilai ekonomi yang menjanjikan.
Ketua Panitia, Devi Udariansyah, mengatakan bonsai dapat menjadi sumber penghasilan baru jika dikelola dengan baik. “Saat ini penggemar bonsai terus bertambah, otomatis permintaan bahan dan tanaman bonsai ikut meningkat. Ini peluang nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Pameran ini diikuti oleh 314 bonsai dari berbagai penjuru Sumatera Selatan seperti Muara Enim, OKU Timur, Lahat, Prabumulih, dan Ogan Ilir. Jenis yang ditampilkan pun beragam, mulai dari Anting Putri, Serut, Sancang, hingga Waru—semuanya memiliki daya tarik seni dan nilai ekonomi tinggi.
Menurut Devi, nilai jual bonsai ditentukan oleh banyak faktor, mulai dari usia pohon, bentuk, keseimbangan, hingga karakter seni yang unik. “Tidak ada harga pasti. Sebuah bonsai bisa dihargai jutaan rupiah tergantung kualitas dan predikat yang disandangnya,” katanya.
Bonsai, lanjutnya, bisa dikembangkan melalui metode stek, cangkok, dan semai biji. Ia menegaskan, budidayanya tidak membutuhkan lahan luas, cukup keterampilan, kesabaran, dan ketelatenan. “Ini bisa jadi solusi ekonomi kreatif yang berbasis rumah tangga,” tambahnya.
Dalam pembukaan pameran yang diresmikan oleh Komandan Lanal Palembang Kolonel Laut (P) Faisal, hadir pula sejumlah pejabat pemerintah daerah, yang menunjukkan dukungan terhadap sektor ekonomi alternatif berbasis seni dan budaya ini.
PPBI Palembang berharap seni bonsai bisa menjadi gerakan ekonomi rakyat. Selain memperkuat identitas budaya dan estetika lokal, budidaya bonsai bisa memberdayakan masyarakat kecil—dari petani hingga pengrajin pot—dan membuka pasar baru.
“Seni bonsai itu hidup. Jika masyarakat bisa melihatnya sebagai peluang, bukan sekadar hobi mahal, maka ini bisa berkontribusi nyata pada kesejahteraan,” pungkas Devi.
- Mantan Pacar Tak Terima Putus, Perempuan di Palembang Disiksa dan Diancam Dibunuh Dalam Mobil
- Diduga Lakukan Penggelapan hingga TPPU, Bareskrim Mabes Polri Tetapkan Rektor Universitas Bina Darma Palembang Tersangka
- 126 Peserta Ikuti Sertifikasi Wasit dan Pelatih Kickboxing di Palembang, Siap Tempur di Porprov 2025