BGN Targetkan Tiga Ribu Anak Sekolah, Petani dan UMKM Jadi Mitra Gizi

BGN, Rima Nurisa Brahmani dalam sosialisasi program MBG yang digelar di Hotel Hayo, Palembang/ist
BGN, Rima Nurisa Brahmani dalam sosialisasi program MBG yang digelar di Hotel Hayo, Palembang/ist

Badan Gizi Nasional (BGN) terus memperkuat sinergi dan kolaborasi lintas sektor dalam mendukung keberhasilan program Makan Bergizi Gratis (MBG).


Tak hanya fokus pada pemenuhan gizi anak-anak dan kelompok rentan, BGN juga menggandeng para pelaku ekonomi lokal seperti petani, peternak, nelayan, dan pelaku UMKM untuk terlibat aktif dalam rantai pasok bahan pangan program tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh perwakilan BGN, Rima Nurisa Brahmani dalam sosialisasi program MBG yang digelar di Hotel Hayo, Palembang, Selasa (17/6/2025).

Ia menegaskan bahwa program MBG tidak hanya menyehatkan generasi muda, tetapi juga mampu menggerakkan perekonomian lokal secara berkelanjutan.

“Petani juga bisa menjadi mitra Badan Gizi karena Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) membutuhkan pasokan bahan baku seperti beras, sayuran, telur, dan lauk lainnya dari supplier lokal. Artinya, program ini menciptakan ekosistem yang menguntungkan banyak pihak,” ujar Rima.

Program MBG sendiri menyasar empat kelompok utama penerima manfaat, yakni ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, dan anak sekolah. Untuk tahap awal, BGN menargetkan 3.000 anak sekolah dengan jarak maksimal 15 menit dari dapur penyedia layanan gizi.

Selain petani, pelaku UMKM juga dapat terlibat dalam program ini dengan menjadi mitra penyedia makanan bergizi. BGN telah membuka akses informasi dan pendaftaran kemitraan melalui situs resmi mereka di mitrabgn.go.id.

“Pelaku UMKM di bidang kuliner dapat mendaftar sebagai mitra untuk penyediaan makanan siap saji sesuai standar gizi yang ditentukan. Ini peluang yang sangat besar bagi pelaku usaha kecil untuk berkontribusi pada program nasional,” tambah Rima.

Sementara itu, narasumber lain, Sri Sumanti, menjelaskan pentingnya pemenuhan gizi yang seimbang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya di Palembang.

“Masalah gizi seperti stunting, wasting, dan anemia bisa dicegah dengan pola makan yang tepat. Karena itulah penting bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak untuk mendapat asupan gizi sesuai kebutuhan,” ujar Sri.

Menurutnya, kebutuhan kalori anak bervariasi tergantung usia. Misalnya, anak usia 7–9 tahun membutuhkan sekitar 1.650 kkal per hari, sementara usia 10–12 tahun memerlukan 1.900–2.000 kkal, dan remaja 13–18 tahun butuh 2.100–2.650 kkal per hari.

Dalam kesempatan yang sama, Yuniarta Nensy menyampaikan bahwa konsep “Isi Piringku” kini digunakan untuk menggantikan pola lama “4 Sehat 5 Sempurna”. Isi Piringku menekankan keseimbangan antara karbohidrat, protein, sayur, dan buah dalam setiap kali makan.

“Gizi seimbang bukan hanya soal kenyang, tapi bagaimana pola makan mendukung kesehatan dan produktivitas. Ini sangat penting bagi anak-anak dan remaja untuk tumbuh optimal secara fisik dan kognitif,” jelas Yuniarta.