Bencana Negara Lain Untungkan Petani Karet Sumsel

ilustrasi (istimewa/rmolsumsel.id)
ilustrasi (istimewa/rmolsumsel.id)

Harga karet di Sumsel mengalami kenaikan dalam dua hari terakhir. Indikasi harga karet, Kamis (25/11), naik sebesar Rp1.313 per kilogram menjadi Rp 22.062 dari hari sebelumnya. Sementara, Jumat (26/11), harga karet Sumsel kembali mengalami kenaikan sebesar Rp170 per kilogram menjadi Rp22.232 untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen.


Kenaikan dipicu akibat pasokan karet dari sejumlah negara produsen dunia mengalami penurunan. Pasalnya, situasi cuaca ekstrem yang menyerang negara produsen menyebabkan banjir di areal perkebunan karet.

“Seperti Thailand, Vietnam dan negara produsen lainnya itu mengalami cuaca buruk hingga menyebabkan banjir. Akibatnya, pasokan karet dunia menjadi berkurang dan harga karet mengalami kenaikan,” kata Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian saat dibincangi wartawan.

Dia menyebutkan, kenaikan harga tersebut cukup signifikan. Mengingat fluktuasi harga karet setiap harinya rata-rata hanya berkisar Rp100-500. “Walau naik seribu perak, tapi itu sudah cukup tinggi,” ucap Rudi.

Kenaikan juga dipicu dari meningkatnya permintaan karet di tengah pulihnya perekonomian sejumlah negara. Rudi menuturkan selain kondisi suplai dan demand serta cuaca, ada beberapa faktor lainnya yang menyebabkan kenaikan harga karet.

Yakni nilai tukar mata uang regional terhadap Dolar AS. Apabila penguatan kurs Dolar AS menjatuhkan nilai tukar mata uang lain maka akan berpengaruh terhadap harga karet. Lalu, penggunaan karet sintetis sebagai kompetitor karet alam dan perkembangan industri otomotif serta ban.

“Tetapi, fluktuasi harga karet juga seringkali dipengaruhi spekulan di Pasar Berjangka Internasional,” tuturnya.

Rudi menuturkan, minimnya pasokan karet tidak hanya terjadi di negara lain. Tapi juga di Sumsel. Menurutnya, rata-rata produksi kebun karet mengalami penurunan hingga 30 persen.

“Pohon karet petani di Sumsel saat ini masih memulihkan diri setelah terkena penyakit gugur daun. Sehingga, produksinya juga belum optimal,” jelasnya.

Karet menjadi komoditas utama masyarakat Sumsel. Berdasarkan data Statistik Perkebunan 2020, luas areal tanaman karet di Sumsel mencapai 1.311.727 hektare. Sementara produksinya per tahun mencapai 1.215.233 ton karet kering. Karet juga menjadi sumber penghasilan 588.586 Kepala Keluarga (KK) di Sumsel.