Banjir Besar di Palembang Ratu Dewa Minta Maaf, Wako-Wawako Kemana? 

Banjir yang menggenangi kelurahan Pahlawan, RT 7 menjadi titik paling parah digenangi air. Hingga kini air juga belum surut/Foto: Mita Rosnita/rmolsumsel.id
Banjir yang menggenangi kelurahan Pahlawan, RT 7 menjadi titik paling parah digenangi air. Hingga kini air juga belum surut/Foto: Mita Rosnita/rmolsumsel.id

Intensitas hujan yang tinggi mengguyur kota Palembang sejak Sabtu, (25/12) dini hari. Stasiun Klimatologi Palembang bahkan mencatat hujan kali ini tertinggi selama 31 tahun terakhir


Akibatnya, sejumlah ruas wilayah di kota Palembang tergenang air (baca:https://www.rmolsumsel.id/palembang-dikepung-banjir-berikut-sejumlah-kawsan-terendam-air , termasuk di wilayah yang selama ini tidak pernah terdampak. Hingga siang ini, air juga masih belum surut di beberapa bagian wilayah. 

Terkait kejadian luar biasa ini, Sekda Kota Palembang Ratu Dewa meminta maaf kepada seluruh masyarakat. Ia turut berempati terhadap apa yang dirasakan oleh warga kota Palembang saat ini. "Kami sebagai pelayan (warga) minta maaf," ujar Ratu Dewa dikutip dari akun Instagramnya. 

Pengukuhan Komunitas Peduli Sungai dan Banjir Kota Palembang oleh Sekda Kota Palembang beberapa waktu lalu (ist)

Disisi lain, permintaan maaf yang disampaikan oleh Ratu Dewa itu dinilai oleh pengamat Bagindo Togar sebagai hal yang seharusnya dilakukan oleh Wali Kota Harnojoyo atau Wawako Fitrianti Agustinda. Sebab, mereka berdualah, yang menurut Bagindo dipilih oleh masyarakat. 

"Sebetulnya tidak ada yang salah, hanya sebaiknya Sekda langsung mengkoordinasikan jajarannya untuk bekerja, menjangkau daerah yang tidak terjangkau, memberi bantuan, mungkin menyelamatkan (evakuasi) warganya," kata Bagindo. 

Namun yang terjadi malah Wako-Wawako seperti menghilang. Hal ini, menurutnya terjadi di setiap kondisi banjir atau kejadian luar biasa yang terjadi di kota Palembang. Apakah kemudian Sekda Ratu Dewa mendapatkan instruksi dari pimpinannya, Bagindo merasa cukup aneh.

"Berulang kali, sebelum ini juga sudah saya sampaikan, jangan dianggap remeh prediksi dari BMKG itu, sehingga bisa diantisipasi. Ujung-ujungnya setiap kejadian bencana banjir, malah jadi ajang pencitraan," ungkap Bagindo.

Lebih jauh dia menilai jika Wali Kota Harnojoyo, menunjukkan dirinya tidak paham dengan karakteristik wilayah kota Palembang. Sehingga kebijakan, yang dilahirkan terkait penanganan masalah lingkungan selama ini seperti tidak mengena.

Bagindo Togar (ist)

Meskipun telah mengandalkan pompanisasi, perbaikan drainase dan gotong royong yang masih belum memberi dampak signifikan jika melihat pada kejadian banjir besar kali ini. Banyak hal yang masih luput dari kebijakan Harnojoyo, seperti misalnya revitalisasi, pengerukan Sungai Musi dan anak-anak sungainya. 

"Entah apa karena memang bukan asli Palembang atau bagiamana ya? Tapi kalaupun serius dalam penanganan ini, seharusnya jangan abai, terhadap faktor apapun itu. Karena ini merupakan kejadian berulang, dan masyarakat terus menjadi korban," ujarnya. 

Bagindo sebetulnya yakin, banyak orang pintar termasuk akademisi di sekeliling pemimpin daerah di Sumsel maupun kota Palembang. Hanya saja, sampai saat ini berbagai permasalahan yang luar biasa yang terjadi di tengah masyarakat apalagi terkait kondisi banjir banjir ini belum juga mendapatkan jawaban. 

"Pemerintah terlihat hanya mampu melakukan kegiatan atau menjawab masalah yang biasa-biasa saja. Tidak ada upaya lebih yang terlihat, atau mungkin memang tidak memaksimalkan orang pintar di sekelilingnya," lanjut Bagindo. 

Seperti yang dicontohkan Bagindo, saat Wali Kota Harnojoyo memberikan ruang bagi Sekda Ratu Dewa untuk pasang badan, Wawako dalam beberapa waktu kebelakang justru disibukkan dengan aktivitas sosial membesuk warga sakit. Sehingga Bagindo merasa rantai administrasi pelayanan masyarakat di Palembang saat ini sudah tidak berjalan maksimal. 

"Palembang ini punya 17 Camat, 107 Lurah dan 3000-4000 Ketua RT. Apakah warga sakit seperti itu tidak bisa diatasi oleh mereka, sampai Wawako harus turun tangan," tanya Bagindo. Oleh sebab itulah, Bagindo berharap kedepan masyarakat Palembang tidak lagi terjebak dalam pencitraan seorang tokoh. 

Melihat kejadian banjir besar ini, Bagindo menilai yang dibutuhkan oleh Palembang adalah pemimpin yang mampu mengentaskan masalah, tidak miskin gagasan, punya karakter kepemimpinan yang kuat, dan berada bersama masyarakat saat terjadi masalah.