Atasi Pembengkakan Biaya Proyek Kereta Cepat, PT KAI Pinjam Rp7 Triliun dari China Development Bank 

Kereta Cepat Whoosh/Net
Kereta Cepat Whoosh/Net

PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah mengambil langkah untuk mengatasi pembengkakan biaya (cost overrun) dalam proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan meminjam dana sebesar hampir Rp7 triliun dari China Development Bank (CDB).


Berdasarkan informasi yang diungkapkan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pinjaman tersebut mencapai jumlah Rp6,98 triliun. Dana tersebut telah dicairkan kepada PT KAI sejak tanggal 7 Februari dan diteruskan kepada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Dari total pinjaman tersebut, terdapat dua fasilitas yang diberikan, yaitu fasilitas A sebesar Rp3,6 triliun dan fasilitas B sebesar Rp3,38 triliun.

Pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung awalnya terjadi setelah biaya pembangunan proyek melebihi estimasi awal yang diajukan. Pemerintah China dalam proposal awal menawarkan biaya pembangunan sebesar 5,13 miliar dolar AS. 

Namun, biaya tersebut kemudian melonjak sebesar 1,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp18,24 triliun, seperti yang diungkapkan oleh Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR tahun lalu.

"Terkait biaya pembengkakan sebesar 1,2 miliar dolar AS, kami telah mencapai kesepakatan. Ini sedang kami tangani," ujar Kartika.

Dalam upaya untuk menutupi pembengkakan biaya tersebut, pemerintah dan PT KAI sepakat untuk mencari pinjaman, yang akhirnya diperoleh dari China Development Bank.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menjelaskan bahwa CDB telah menyetujui pinjaman tersebut untuk menutupi pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Lebih lanjut, Seto menyatakan bahwa tingkat bunga pinjaman telah berhasil diturunkan dari 3,4 persen menjadi 3,2 persen.