Sungai Musi menjadi sumber kehidupan sehari-hari bagi warga Sumsel khususnya di Kota Palembang. Karena itulah harus dipergunakan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat.
- Debat Pilkada Palembang, Baharudin Ingin Bangun Layanan Berbasis Elektronik Hingga Bangun Water Fun City di Pesisir Sungai Musi
- Ratusan Ikan Kembali Berenang Bebas di Sungai Musi
- Lambung Bocor, Kapal Jukung yang Hendak Muat Material Bangunan Tenggelam di Sungai Musi
Baca Juga
Demikian diungkapkan Anggota Komisi V DPR RI, Eddy Santana Putra saat memaparkan materi dalam Diskusi Menyelami Sungai Musi dalam Perspektif Kebijakan Pemerintah untuk Kelestarian Lingkungan, Budaya dan Kesejahteraan Masyarakat, yang digelar oleh RMOLSumsel, Kamis (11/8).
Eddy mengatakan berbicara sungai musi tentunya sangat luas sekali. Disamping itu, Sungai Musi memiliki anak sungai diantaranya yakni Muara Lakitan. Berbicara Sungai Musi, sejak awal dan sampai sekarang menjadi sumber kehidupan sehari-hari dan menjadi sarana transportasi di Sumsel.
"Dulunya ditepian Sungai Musi ini ada kerajaan. Begitu adanya revolusi industri barulah dibangun jalan-jalan darat," katanya.
Dilihat dari kondisi tersebut, keberadaan Sungai Musi sangatlah penting sehingga perlu pemeliharaan dan perlindungan untuk menjaga kelestarian Sungai Musi. Saat ini juga terdapat Undang-undang (UU) Sumber Daya Alam (SDA) nomor 17 tahun 2019 yang diantaranya mengatur bagaimana Sumber Daya Air dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
"Sungai ini menjadi sumber kehidupan pokok," terangnya.
Karena itu, dia mengusulkan kedepan Sungai Musi ini berbayar. Artinya yang melewati Sungai Musi ini harus bayar. Dengan begitu, dapat menambah pemasukan dan ini dapat dipergunakan guna melindungi Sungai Musi. Mengingat yang terjadi saat ini yaitu sedimentasi jutaan perkubik pertahun. Inilah yang membuat sungai tercemar dan erosi melebar.
"Tugas kami mendorong pemerintah melindungi Sungai Musi tolong ini dikerok kembali," tegas Mantan Wali Kota Palembang 2008-2013 ini.
Dia menceritakan, dahulunya PU membuat program pengerukan sungai dari biaya para perusahaan setiap tahunnya. Sehingga, Sungai Musi ini dapat dilalui oleh kapal dengan muatan GWT 15 ribu ton. Namun, sekarang hanya bisa dimasuki oleh kapal berkapasitas 8 ribu ton.
"Kalau kapal lebih besar bisa masuk, tentunya ekonomi meningkat," ujarnya.
Berangkat dari persoalan tersebut, dia meminta agar pemerintah lebih konsen dengan permasalahan Sungai Musi. Selain itu, semua pihak harus sepakat ada komunikasi yang arahnya memelihara atau menjaga kelestarian dari Sungai Musi.
Menurutnya, jika kelestarian tidak dijaga maka lingkungan akan semakin rusak, apalagi hulu hutan hilang, sungai akan semakin parah. "Saya harap juga diskusi relung forum ini dilakukan secara berkala sehingga menjadi perhatian lebih dari legilatif, eksekutif, masyarakat dan lain sebagainya," tutupnya.
- Debat Pilkada Palembang, Baharudin Ingin Bangun Layanan Berbasis Elektronik Hingga Bangun Water Fun City di Pesisir Sungai Musi
- Soroti Indeks Pembangunan Manusia dan Kemiskinan, ESP: Sumsel Ini Provinsi Kaya Tapi Rakyatnya Miskin!
- Ratusan Ikan Kembali Berenang Bebas di Sungai Musi