9 Desa di Dua Kecamatan Lahat Terendam Banjir

Kondisi banjir yang ada di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. (dok. Warga)
Kondisi banjir yang ada di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. (dok. Warga)

Luapan sungai Air Mata Lintang dan sungai Air Dendan di Kecamatan Pajar Bulan dan Jarai kabupaten Lahat hari ini Sabtu (27/1) dilaporkan telah kembali menyebabkan banjir yang merendam setidaknya 9 desa di kawasan itu.


Informasi dihimpun, di kecamatan Pajar Bulan terdapat 6 desa yang paling terdampak banjir dari luapan sungai Air Dendan ini yakni desa Pulau,Ulak Bandung, Setupe,desa Benua Raja,Pagar Kaya dan Impit Bukit dimana di 6 desa ini selain merendam rumah penduduk,banjir juga merendam puluhan hektar sawah dan ladang warga setempat.

Sementara itu banjir menerjang 3 desa di kecamatan Jarai yakni desa, Pelajaran,Nanti Giri dan Pamasalak akibat luapan air sungai Mata Lintang telah memutus akses jalan desa setempat dimana genangan air telah mencapai lutut orang dewasa dan tidak bisa dilalui kendaraan bermotor.

Kerugian akibat banjir di 9 desa di 2 kecamatan ini d taksir sangat besar lantaran wilayah ini terkenal dengan lahan pertaniannya yang luas sehingga banjir yang terjadi telah mengakibatkan lahan pertanian yang terdiri dari areal persawahan,ladang sayur mayur serta perkebunan kopi milik warga setempat rusak diterjang banjir dan petani dipastikan gagal panen.

Selain itu hewan ternak warga seperti ayam dan kambing di 7 desa ini juga banyak yang sakit dan dikhawatirkan akan mati selain kerusakan harta benda lain seperti rumah dan kendaraan yang diderita masyarakat setempat.

Tak cuma banjir namun warga juga melaporkan  bukit di areal desa tersebut di beberapa titik mengalami longsor dan dikhawatirkan akan memperparah keadaan.

Sebelumnya awal 2023  lalu banjir serupa pernah menerjang 2 kecamatan ini bahkan meminta korban jiwa akibat terkena longsoran tebing saat berada di areal perkebunan kopi.

Ariantoni warga desa Pajar Bulan menduga,banjir besar yang telah 2 kali terjadi ini ia duga akibat perambahan kawasan hutan di hulu sungai yang dijadikan lahan perkebunan kopi sehingga kawasan yang  seharusnya menjadi area resapan air di saat musim penghujan menjadi  berkurang dan mengakibatkan terjadinya banjir.

"Ini sudah yang kedua kalinya banjir terjadi dan ini saya kira karena wilayah hulu sungai sudah banyak dijadikan lahan perkebunan yang menyebabkan musibah ini,"ujarnya Sabtu (27/1).