Badai geomagnetik menghantam orbit yang mengakibatkan sekitar 40 satelit internet berkecepatan tinggi milik SpaceX terlempar jatuh ke Bumi.
- PLTN Zaporizhzhia Terkena Serangan, Presiden Ukraina Sebut Rusia Sengaja Gunakan Teror Nuklir
- Jelang Hari Kemerdekaan, Pedagang Bendera Mulai Menjamur di Palembang
- Jadi Menu Favorit Berbuka, Lenggang Panggang Banyak Diburu Warga Palembang
Baca Juga
Badai geomagnetik disebabkan oleh lontaran korona matahari ke luar angkasa, yang mengakibatkan gangguan pada atmosfer atas bumi dan meningkatkan hambatan pada objek di orbit rendah.
Satelit yang jatuh merupakan bagian dari 49 satelit baru dari Starlink yang diluncurkan dari Kennedy Space Center di Florida pada 3 Februari 2022 dan berhasil mengorbit dengan pendekatan terdekat ke permukaan dengan ketinggian 210 kilometer.
Perusahaan menempatkan mereka di wilayah ini untuk melakukan pemeriksaan terakhir sebelum terbang lebih jauh ke luar angkasa.
Namun, pada 4 Februari, perusahaan Elon Musk ini dikejutkan oleh peristiwa cuaca luar angkasa. Badai membuat atmosfer menghangat dan kepadatan atmosfer di ketinggian tersebut meningkat.
“Faktanya, GPS onboard menunjukkan kecepatan eskalasi dan keparahan badai menyebabkan hambatan atmosfer meningkat hingga 50 persen lebih tinggi daripada selama peluncuran sebelumnya,” lanjut SpaceX, seperti dikutip Digital Journal.
Tim Starlink memerintahkan satelit ke mode aman. Namun terlepas dari itu, sebagian besar tidak dapat kembali ke orbit, dan sebanyak 40 akan masuk kembali atau bahkan sudah memasuki kembali atmosfer Bumi.
SpaceX telah meluncurkan lebih dari 2.000 satelit sejak Mei 2019, dengan lebih dari 1.500 saat ini beroperasi menyediakan jangkauan internet di sebagian besar Bumi.
- Prediksi Elon Musk, AI akan Mengambil Seluruh Pekerjaan Manusia
- Rosan Roeslani Ungkap Isi Pertemuan Bersama Prabowo dan Elon Musk
- Elon Musk Ngaku Tertarik Investasi di Indonesia Usai Resmikan Starlink di Bali