12 Wilayah di Sumsel Rentan Karhutla, BPBD: 99 Persen Kesengajaan

ilustrasi Karhutla (Dokumen RMOLSumsel.id)
ilustrasi Karhutla (Dokumen RMOLSumsel.id)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel mencatat sebaran hotspot di Sumsel sepanjang tahun 2021 sebanyak 3.502 dengan rincian pada bulan September yakni 778 titik dan Juli 648 kawasan.


Kepala Pelaksana BPBD Sumsel, Iriansyah menyebutkan dalam rentang waktu enam tahun terakhir Sumsel terus mengalami kondisi perubahan cuaca yang cukup ekstrim sehingga hal tersebut menyebabkan berbagai bencana alam terjadi dengan tidak henti-henti di hampir seluruh wilayah.

"Berbagai bencana baik metereologi dan kebakaran hutan sering terjadi. Terlebih ancaman bencana asap akibat kebakaran hutan dari tahun ke tahun sangat aktif sejak tahun 2015," katanya dalam kegiatan webinar Hari Metereologi Dunia ke 72 Provinsi Sumsel, Kamis, (24/3).

Dalam pembahasannya, Iriansyah berfokus pada pengendalian serta penanganan bencana Kebakaran Hutan dan Lahan  (Karhutla) yang diklaim terjadi hampir di seluruh wilayah di Sumsel. 

"Dari 17 kabupaten dan kota di Sumsel, 12 wilayah diantaranya rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan yang 99 persen terjadi akibat kesengajaan ulah manusia dan akibat kelalaian," sambungnya yang juga mengatakan bahwa sebagian kesengajaan terjadi karena masih ada masyarakat yang melakukan pembukaan lahan dengan membakar secara diam-diam.

"Hal ini tentu terbilang cara-cara yang konservatif," terangnya. 

Hingga tahun 2021 lalu, Iriansyah melanjutkan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) masih menjadi kawasan dengan bencana karhutla terbesar dengan sebaran titik api sebanyak 489 kemudian disusul Muba sebanyak 447 wilayah sebaran hotspot.

"Sedangkan berdasarkan intrepretasi visual data citra satelit landsat 8 OLI/TIRS dan Sentinel 2A/2B dan data titik panas, luasan kebakaran hutan dan lahan di Sumsel terbesar juga terjadi di OKI dengan catatan 1.035 sebaran dari total 5.245 luasan yang terjadi selama satu tahun," sambung dia.

Diakuinya, Kabupaten OKI memang menjadi langganan karhutla dengan luasan dan jumlah titik api terbesar pada tahun 2015, 2018, 2019 dan 2021, hal ini diketahui dari rentetan data yang dihimpun BPBD Sumsel. 

Pada Tahun 2015 tercatat 377.333 luasan karhutla yang terjadi di OKI dari total 736.562 luasan. Kemudian 2018, seluas 12.879 sebaran dari total 16.227, lalu 2019 seluas 194.824 sebaran api dari 336.798 luasan. 

"Dengan demikian BPBD masih memilik banyak tugas dalam menuntaskan bencana-bencana yang sering terjadi ini, sesuai dengan instruksi presiden tahun 2020 tentang pengendalian hutan dan lahan," ungkapnya.

Adapun instruksi tersebut memiliki 6 poin penegasan diantaranya, prioritas pencegahan bencana, kesiagaan instruktur dan infrastruktur harus seimbang, mengkonsep solusi permanen, penataan ekosistem gambut, menyegerakan pemadaman api, dan terakhir penegasan terhadap penegakan hukum. 

"Dari sini kemudian BPBD berbagai upaya pada tahun itu, yakni bantuan untuk pengadaan peralatan AQMS untuk memantau standar pencemaran udara pada empat kabupaten/kota dengan sebaran api terluas," ucap dia.

Lalu upaya lainnya, lanjutnya, pembangunan 25 unit sumur bor, 233 sekat kanal, 70 HA Revegertasi melalui kegiatan tugas pembantuan badan restorasi gambut tahun 2021, peningkatan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, melakukan monitoring dan evaluasi kesigapan pencegahan dan pengendalian karhutla, dan beberapa upaya penyaaran terhadap masyarakat terkait bencana kebakaran hutan dan lahan.

"Sedangkan diantara upaya tersebut terdapat pula kendalanya, yaitu titik hotspot yang terpantau hanya mengindikasi titik panas, masih ada lahan yang belum jelas statusnya dan tidak terawat sehingga rawan terjadi karhutla dan sebagian besar yang terbakar adalah lahan terlantar atau tidak produktif," pungkasnya.