10 Ribu Siswa di Sumsel Bakal Dapat Pendidikan Politik

Ilustrasi Pemilu 2024. (Istimewa/net)
Ilustrasi Pemilu 2024. (Istimewa/net)

Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024, Dinas Pendidikan (Disdik) Sumsel bakal mendorong pelaksanaan pendidikan literasi politik kepada pelajar tingkat SMA/SMK sederajat di Bumi Sriwijaya. Tercatat, 10 ribu siswa bakal menjadi peserta pendidikan politik tersebut.


Seperti diungkapkan Kepala Bidang SMA Disdik Sumsel, Mashendra bahwa pendidikan literasi politik tersebut akan diselenggarkan bersama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) daerah setempat. Yang mana akan digelar secara bertahap hingga tahun 2023 mendatang.

"Ada sekitar 10 ribu siswa yang bakal menjadi peserta dalam kelas tersebut, yang mana akan diajarkan pendidikan politik," katanya, Senin (20/6). 

Menurutnya, kegiatan tersebut sangat positif guna memberikan pemahaman kepada pelajar tentang pentingnya politik. Mengingat, kebanyakan pelajar masih berpikir bahwa politik tidak penting, atau bahkan sebagian mengaku benci akan politik.

“Jadi perlahan kami coba berikan edukasi tentang politik yang mana sangat mulia tujuannya apabila benar," jelasnya. 

Sementara itu, Kabid Politik dalam Negeri Badan Kesbangpol Palembang, Farid menyebutkan bahwa materi yang diajarkan kepada peserta nanti meliputi literasi empat konsensus atau pilar dasar bangsa Indonesia. 

Keempat konsensus dasar bangsa tersebut antara lain, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Re[ublik Indonesia (NKRI). 

"Materi itu akan disampaikan langsung oleh pemateri yang berkompeten dibidangnya," ungkapnya. 

Farid menyampaikan bahwa pendidikan politik tersebut akan dilakukan mulai  satu tahun penuh Juni 2022 hingga Juni 2023. 

“Dalam kerangka acuan kerja mulai Juni 2022 hingga Juni 2023. Kami akan datang ke sekolah dan mengajarkan materi tentang politik kepada siswa kelas delapan," pungkasnya.

Dengan kegiatan ini, Farid berharap dapat memberikan pelajar pemahaman agar tidak mudah terpengaruh dengan informasi manuver politik bernada kurang mendidik yang biasa terjadi ketika jelang pesta demokrasi tersebut.